Bisnis.com, JAKARTA — Penurunan kinerja saham bank digital dinilai bersifat minor atau terjadi untuk jangka pendek dan menengah. Banyak faktor yang mempengaruhi penurunan tersebut.
Analis Pasar Modal Lucky Bayu Purnomo mengatakan kinerja bank digital terbagi menjadi dua komponen yaitu komponen sektor keuangan dan komponen sektor teknologi.
Untuk komponen sektor teknologi saat ini mengalami pelemahan 8,5 persen sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd). Kemudian untuk sektor keuangan, mengalami kenaikan sebesar 6,2 persen ytd.
Dia mengatakan bank digital pada dasarnya saat ini masih memiliki kinerja yang cukup baik, karena secara umum berada pada kondisi yang positif yaitu menguat 6,2 persen ytd. Hanya saja, dari 11 sektor yang terdapat di Indonesia, teknologi mengalami pelemahan yang paling rendah dibandingkan dengan 10 sektor lainnya.
“Saya melihat koreksi ini bersifat minor atau jangka pendek - jangka menengah, karena memang dalam satu tahun terakhir perhatian ada di sektor lainnya yaitu sektor energi,” kata Lucky, Selasa (8/3/2022).
Lucky menjelaskan harga minyak terus menguat sejak awal Maret 2021-Maret 2022. Kinerja tersebut membuat apresiasi pasar lebih dominan ke sektor energi.
Untuk jangka panjang energi masih menarik perhatian, sementara itu untuk jangka pendek dan menengah sektor bank digital dan teknologi mengalami koreksi karena terjadi pergeseran transaksi ke sektor lain.
“Selain itu memang hampir satu setengah tahun terakhir bank digital memperoleh prestasinya, misalnya ARTO, BABP, dan sektor perbankan lainnya yang memang sudah memperoleh apresiasi jadi ini memang hal yang wajar, apabila valuasi dari sektor perbankan sudah mahal dan tinggi, wajar jika kemudian terjadi transisi ke sektor berbeda,” kata Lucky.
Sementara itu, SVP Research Kanaka Hita Solvera Janson Nasrial mengatakan potensi kenaikan suku bunga Federal Fund Rate (FFR) berkorelasi negatif bagi sektor teknologi dan bank digital karena berdampak kepada kenaikan cost of fund keduanya.
Cost of fund adalah biaya dana yang harus dikeluarkan oleh pihak bank untuk memperoleh sejumlah dana tertentu dari nasabahnya baik simpanan giro, tabungan, dan deposito.
“Jadi sektor tersebut tidak bisa mengandalkan fund murah lagi unless earningnya sudah positif yang notabene most of digital bank earnings masih negatif,” kata Janson.
Sebelumya, harga saham beberapa bank digital dalam tren menurun. Setelah melesat pada tahun lalu, banyak harga saham bank digital anjlok cukup dalam sepanjang tahun berjalan hingga penutupan perdagangan kemarin, Senin (7/3/2022).
Harga saham bank digital seperti PT Bank QNB Indonesia Tbk. (BKSW) turun 29,02 persen ytd. Senada, PT Bank Raya Indonesia Tbk. (AGRO) juga mengalami penurunan harga saham, yakni 26,53 persen ytd. Kemudian, PT Bank Neo Commerce Tbk. (BBYB) turun 21,01 persen ytd dan terakhir, PT Bank Capital Indonesia Tbk. (BACA) merosot 24,44 persen ytd.