Bisnis.com, JAKARTA – Bank Pembangunan Daerah (BPD) terus memacu penetrasi layanan digitalnya ke nasabah. Masifnya perkembangan digital itu diyakini dapat membawa BPD bersaing dengan sederet bank digital di Tanah Air.
Direktur Center of Economic and Law Studies, Bhima Yudhistira, mengatakan bahwa transformasi digital yang saat ini gencar dilakukan BPD dapat memberikan sejumlah dampak positif. Salah satunya, meningkatkan efisiensi operasional perseroan.
“Artinya, bisa terjadi pemangkasan tenaga kerja. Misalnya, untuk melakukan credit scoring karena dapat menggunakan big data ataupun bisa menggunakan analisis credit scoring yang lebih presisi,” ujar Bhima kepada Bisnis, Rabu (16/3/2022).
Selain itu, lanjutnya, dampak transformasi digital BPD juga dapat mendorong peningkatan dana murah atau current account saving account (CASA), khususnya dari nasabah milenial. Adapun, pendapatan dari fee based income (FBI) juga dipastikan bertumbuh.
Baca Juga : Dorong Kinerja Bisnis, BPD Pacu Layanan Digital |
---|
Bhima menambahkan bahwa dengan optimalisasi layanan digital, BPD dapat menargetkan pembiayaan jangka pendek, khususnya bagi pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di daerah tanpa tatap muka. Hal ini pun akan memangkas biaya operasional bank.
“Selama ini ada stigma bahwa BPD mengandalkan dari APBD atau dana simpanan dari pemerintah daerah. Jadi, dengan transformasi digital, BPD bisa bersaing bahkan bisa bersaing dengan bank digital yang saat ini sedang naik daun,” kata Bhima.
Sebagai catatan, sepanjang tahun lalu, layanan digital sejumlah BPD mengalami pertumbuhan baik dari sisi nilai transaksi maupun jumlah pengguna. Hal ini pun mampu berkontribusi terhadap FBI bank.
PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk. (BJTM), misalnya, mampu meningkatan nilai nominal transaksi dari layanan digital banking, JConnect Mobile. Tahun lalu, nilai transaksi JConnect naik 62,1 persen secara tahunan (yoy) menjadi Rp1,70 triliun.
Selain itu, pengguna JConnect juga mengalami pertumbuhan sebesar 38,4 persen yoy atau dari 280.228 pada tahun 2020 menjadi 387.797 pengguna.
Sementara itu, PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk. (BJBR), juga memperlihatkan akselerasi layanan digitalnya. Hal ini tercermin dari fee based income (FBI), yang utamanya bersumber dari layanan digital perseroan.
Direktur Bank BJB, Yuddy Renaldi, mengatakan bahwa pertumbuhan pendapatan bunga atau interest income perseroan pada tahun lalu naik 21,6 persen. Diikuti pertumbuhan FBI sebesar 36,9 persen, bersumber dari kanal digital Bank BJB yang juga tumbuh 42,4 persen yoy.
“Fee based income Bank BJB naik, bersumber dari digital channel yang tumbuh positif. Jumlah Merchant QRIS dan pengguna Mobile Apps terus meningkat,” pungkasnya.
Yuddy mengatakan bahwa perseroan akan terus mengembangkan pola perbankan secara hibrida karena melihat kebutuhan layanan daring dan luring telah menjadi kekuatan solid jika dijalankan secara bersamaan.
Pada saat bersamaan, Bank BJB turut membangun infrastruktur dan produk berbasis teknologi untuk menciptakan pengalaman perbankan laiknya perusahaan financial technology atau fintech. Hal ini dilakukan untuk mengakomodir kebutuhan nasabah, khususnya kalangan milenial.