Bisnis.com, JAKARTA — Kesadaran masyarakat terhadap keberlangsungan lingkungan mendorong sejumlah perusahaan untuk menghadirkan produk ramah lingkungan. Hal ini menjadi peluang pertumbuhan bagi kredit hijau yang sedang gencar didorong oleh perbankan.
Direktur Utama PT Alkindo Naratama Tbk. (ALDO) Herwanto Susanto mengatakan kesadaran di masyarakat terhadap produk ramah lingkungan, termasuk kemasan penuh dengan kertas coklat, terus meningkat.
Presiden Joko Widodo sendiri, kata Susanto, mengarahkan untuk mengurangi karbon di Indonesia. Beberapa perusahaan rintisan, termasuk unicorn, juga telah menyampaikan komitmen zero waste pada 2030.
Untuk menghadirkan produk ramah lingkungan, Alkindo melalui anak usahanya PT Eco Paper Indonesia, menghadirkan kemasan penuh ramah lingkungan berupa kertas coklat hasil dari daur ulang. Alkindo melihat saat ini banyak pemesanan makanan dilakukan secara daring yang menggunakan kemasan. Namun, kemasan yang digunakan seringkali tidak ramah lingkungan.
“Kertas coklat ini kami yang inisiasi dan ini sudah diterima masyarakat. Ini tinggal terus kita kembangkan lebih lanjut dengan mengembangkan produk-produk yang lebih luas. Di atas kita juga terus mencari pasar-pasar yang lebih besar,” kata Susanto dalam konferensi virtual, Jumat (18/3).
Dia mengatakan perusahaan terus membesar pasar untuk produk ramah lingkungan. Dalam 2 tahun terakhir, kata Susanto, pertumbuhan bisnis ramah lingkungan sangat bagus.
Laba Eco Paper Indonesia, tutur Susanto, tumbuh hingga 50 persen pada 2021 dibandingkan dengan 2020, didorong oleh penjualan produk baru ramah lingkungan.
Eco Paper Indonesia baru saja mendapat pinjaman dari Bank HSBC Indonesia sebesar Rp2,7 miliar. Dana tersebut rencananya akan digunakan untuk mengembangkan produk kemasan penuh yang berasal dari kertas daur ulang.
Direktur Perbankan Komersial HSBC Indonesia Eri Budiono mengatakan HSBC berkomitmen menjadi Net Zero Bank atau bank nol bersih pada 2050.
Untuk mencapai tujuan ini, HSBC menetapkan sejumlah langkah strategis seperti menentukan rencana net zero dalam beroperasi, mendukung proses transisi bagi para nasabah dan mendukung inovasi terkini dalam solusi iklim dan mengakselerasi investasi yang berkelanjutan.
Eri mengatakan perusahaan ingin agar 90 persen dari portofolio pendanaan merupakan pendanaan untuk segmen hijau. Hanya saja, masih banyak perusahaan-perusahaan di Indonesia belum siap, bahkan sekadar membuat perencanaan.
“Kami ingin membantu para klien yang belum siap ini,” kata Eri.
Untuk perusahaan-perusahaan yang telah bergantung dengan karbon emisi, menurutnya, bisa secara perlahan beralih ke bahan-bahan ramah lingkungan dimulai dari sesuatu yang sederhana. .