Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Intip Ancaman yang 'Menghantui' Perbankan Mengejar Laba

Kebijakan dari OJK pada saat pandemi mengizinkan perbankan mencatat lancar nasabah yang melakukan restrukturisasi. Saat kebijakan ini dinormalkan seperti sebelum pandemi, bank harus membentuk pencadangan untuk nasabah yang meminta keringanan kredit ini.
Uang dolar dan rupiah di Dolarindo Money Changer, Jakarta, Selasa (26/4/2022) Bisnis/Himawan L Nugraha
Uang dolar dan rupiah di Dolarindo Money Changer, Jakarta, Selasa (26/4/2022) Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Melesatan laba yang dibukukan perbankan pada kuartal I/2022 diprediksi masih akan terjadi pada kuartal II/2022 mendatang. Ancaman penekan kinerja terbesar bagi sektor ini datang dari kebijakan regulator. 

Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Amin Nurdin mengatakan lonjakan laba akan terhenti setelah program restrukturisasi kredit dan relaksasi pada 2023 dicabut.

Berhentinya program restrukturisasi dan relaksasi akan membuat non performing loan (NPL) atau rasio kredit bermasalah bank melonjak.

Diketahui Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memutuskan hanya memperpanjang masa relaksasi restrukturisasi kredit perbankan selama satu tahun dari 31 Maret 2022 menjadi 31 Maret 2023. Artinya pada April 2023 program restrukturisasi kredit kemungkinan sudah tidak ada lagi.

“Dengan begitu mereka harus menggunakan cadangan untuk menutupi potensi NPL saat kebijakan relaksasi dicabut. Itu akan memangkas laba secara signifikan sehingga tahun ini perbankan mengejar laba sebesar-besarnya,” kata Amin, Minggu (8/5).

Amin juga berpendapat pada kuartal II/2022 pertumbuhan laba secara tahunan perbankan akan melandai, atau tidak sebesar pertumbuhan laba pada kuartal I/2022.

Bank, lanjutnya, akan gencar menyalurkan kredit pada kuartal I/2022 dan kuartal II/2022 untuk mengejar pertumbuhan laba setelah sempat meredup selama 2 tahun akibat pandemi Covid-19.

“Selama 2 tahun terakhir bank mengalami koreksi yang cukup tajam dalam laba karena mereka menumpuk cadangan (CKPN) untuk mengantisipasi pandemi. Sekarang pandemi mereda dan waktunya bagi mereka untuk menyalurkan kredit secara besar-besaran,” kata Amin.

Sebelumnya, berdasarkan catatan Bisnis, laba yang berhasil dicatatkan oleh 15 bank besar di Tanah Air pada kuartal I/2022 mencapai Rp40 triliun, melesat hingga 49% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Nilai ini setara 70 persen — 80 persen dari total laba industri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Leo Dwi Jatmiko
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper