Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jejak Investree, dari Fintech Lending hingga Rencana Masuk Bisnis Bank

Investree mengakuisisi saham Bank Amar dengan kepemilikan di bawah 20 persen.
CEO & Co-Founder PT Investree Radhika Jaya (Investree) Adrian Gunadi (tengah) diterima oleh Fahmi Achmad, kini Wakil Pemimpin Redaksi (kanan) saat berkunjung ke Wisma Bisnis Indonesia, Selasa (14/5/2019)./JIBI/BISNIS-Triawanda Tirta Aditya
CEO & Co-Founder PT Investree Radhika Jaya (Investree) Adrian Gunadi (tengah) diterima oleh Fahmi Achmad, kini Wakil Pemimpin Redaksi (kanan) saat berkunjung ke Wisma Bisnis Indonesia, Selasa (14/5/2019)./JIBI/BISNIS-Triawanda Tirta Aditya

Bisnis.com, JAKARTA - Investree Singapore Pte Ltd (Investree Group), perusahaan induk platform pinjaman tekfin Asia Tenggara, akan mengakuisisi 18,4 persen di PT Bank Amar Indonesia Tbk (Amar Bank).

Rencana tersebut direalisasikan melalui penandatanganan perjanjian transaksi antara Investree Group dan pemegang saham Bank Amar, yakni Tolaram Group Inc. yang diumumkan pada hari ini, Rabu (11/5/2022). Sebelum kesepakatan ini, Tolaram yang berbasis di Singapura mengempit 57,49 persen saham Bank Amar.

Lalu bagaimana jejak Investree yang kini menyasar bisnis perbankan ini?

Investree Group beroperasi di Indonesia di bawah PT Investree Radhika Jaya merupakan perusahaan fintech peer-to-peer lending yang fokus membangun solusi pembiayaan digital inovatif untuk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

Perusahaan ini berawal dari ide para pendiri  pada 2015 yang ingin mengembangkan fintech lending di Indonesia, Investree efektif beroperasi pada Mei 2016 dan resmi terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan sejak 31 Mei 2017.

CEO & Co-Founder Investree Adrian Gunadi dalam wawancara yang dimuat di harian Bisnis Indonesia edisi Rabu 23 Mei 2018 mengatakan, ketertarikan untuk mengembangkan fintech lending muncul karena bekal pengalamannya sebagai bankir. Dia melihat peluang dengan masih banyaknya segmen masyarakat di Indonesia yang belum terlayani atau kesulitan mengakses layanan perbankan, khususnya UMKM. Berangkat dari hal tersebut, Adrian mengimplementasikan sebuah ide untuk membangun wadah digital yang menghubungkan borrower dan lender melalui Investree.

Sebagai informasi, Adrian memulai kariernya sebagai Management Trainee di Citibank, mengelola Islamic Finance di Standard Chartered, Saadiq, Dubai, UEA, mengepalai Bagian Syariah di Bank Permata, hingga menjadi Managing Director – Retail Banking di Bank Muamalat. Selama 20 tahun menggeluti dunia perbankan lokal dan internasional, Adrian banyak disibukkan dengan membangun model bisnis perusahaan perbankan meliputi jaringan konvensional di bidang syariah dan SME platform, keuangan mikro, dan e-banking di bidang ritel.

Langkah Investree mengakuisisi Amar Bank turut meramaikan tren fintech mengakuisisi bank-bank 'mini'. Sebelumnya, Akulaku Grup yang memiliki entitas marketplace dan multifinance dengan nama yang sama, serta fintech peer-to-peer (P2P) lending PT Pintar Inovasi Digital (Asetku), lewat PT Akulaku Silvrr Indonesia resmi mengakuisisi 24,9 persen saham PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB). Kemudian, induk platform bayar tunda (paylater) Kredivo, yakni FinAccel Pte Ltd lewat PT Finaccel Teknologi Indonesia memborong 40 persen saham PT Bank Bisnis Internasional Tbk (BBSI).

Investree menyatakan berkomitmen untuk memperluas akses layanan keuangan bagi UMKM melalui solusi perbankan digital. Dengan mengakuisisi saham minoritas yang signifikan di Amar Bank, Investree Group percaya bahwa upayanya untuk meningkatkan inklusi keuangan dapat dipercepat. Secara khusus, melalui sinergi yang kuat dengan Amar Bank, Investree bermaksud untuk mengembangkan produk-produk pembiayaan dan menawarkan solusi bisnis digital yang lebih luas untuk mengangkat level operasional UMKM di seluruh negeri.

“Inisiatif ini merupakan bagian untuk menciptakan lintas kolaborasi yang kohesif antara fintech dan perbankan serta bersama-sama melakukan inovasi produk, menyediakan layanan pembiayaan digital dan solusi bisnis yang lebih terintegrasi, dan juga memperluas jangkauan kepada calon debitur/UMKM di kota-kota yang menjadi bagian dari jaringan Amar Bank. Komitmen ini sejalan dengan salah satu agenda prioritas Presidensi G20 Indonesia, yaitu mendorong inklusi keuangan, khususnya bagi komunitas UMKM yang belum terlayani dengan baik oleh bank di masa lalu," ujar Adrian melalui siaran pers, Rabu (11/5/2022).

Adapun, diberitakan Bisnis sebelumnya, Investree Indonesia hingga Januari 2022 berhasil membukukan catatan total fasilitas pinjaman sebesar Rp14,78 triliun, naik hampir 80 persen secara year-on-year (YoY) dari tahun lalu. Adapun 30 persen diantaranya berasal dari ekosistem kerja sama digital yang dilakukan oleh Investree dengan berbagai rekanan.

Sementara itu, nilai pinjaman tersalurkan adalah sebesar Rp9,68 triliun. Dari segi angka pemberi pinjaman dan peminjam (per Q3 2021), tercatat sudah ada 47.000 lender dan 7.000 borrower yang tergabung di Investree (angka kumulatif). Angka tersebut naik sebesar 46 persen (YoY) dari tahun lalu. Per Januari 2022, TKB90 Investree adalah 99,37 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper