Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bank Indonesia Surplus Rp19 Triliun pada 2021, dari Mana Sumbernya?

Aset Bank Indonesia hingga akhir 2021 mencapai Rp3.481 triliun.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Kamis (21/2/2019)./ANTARA-Sigid Kurniawan
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Kamis (21/2/2019)./ANTARA-Sigid Kurniawan

Bisnis.com, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) menutup 2021 dengan membukukan surplus Rp19,17 triliun. Nilai ini lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp26,28 triliun. 

Meski surplus lebih rendah, sejatinya Bank Indonesia memperoleh penghasilan yang lebih besar tahun lalu. Tercatat berdasarkan laporan keuangan Bank Indonesia yang dipublikasikan Senin, (30/5/2022) otoritas moneter itu membukukan penghasilan sebesar Rp96,38 triliun. 

Nilai itu naik 11 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) dibandingkan pada 2020 yang sebesar Rp87 triliun.

Apabila diperinci, jumlah penghasilan tersebut terutama didorong oleh pelaksanaan kebijakan moneter yang mengalami pertumbuhan sebesar 10 persen yoy dari semula memberi penghasilan Rp85,74 triliun pada 2020 menjadi Rp94,49 triliun pada 2021. 

Adapun pendapatan lainnya tumbuh 76 persen yoy, dari Rp909,21 miliar menjadi Rp1,6 triliun. Bank Indonesia juga memperoleh pertumbuhan penghasilan pada pengaturan dan pengawasan makroprudensial sebesar 85 persen yoy, dari Rp1,8 miliar menjadi Rp3,34 miliar pada 2021.

Pos penghasilan lain yakni pengelolaan sistem pembayaran dan pendapatan dari penyediaan pendanaan justru mengalami penurunan. Pada pos pengelolaan sistem pembayaran, pendapatan BI susut dari Rp236,98 miliar menjadi Rp188,25 miliar atau turun  21 persen yoy 

Sementara pendapatan dari penyediaan pendanaan susut 9 persen yoy menjadi Rp104,18 miliar. Pada 2020, pendapatan dari penyediaan pendanaan mencapai Rp114,52 miliar.

Saat pendapatan melonjak, BI melaporkan mengalami peningkatan beban sebesar 34 persen yoy, dari sebelumnya Rp52,74 triliun menjadi Rp70,9 triliun.

Penyusutan juga terjadi pada surplus sebelum pajak yang turun 26 persen yoy dari Rp34,26 triliun menjadi Rp25,48 triliun. Begitu pula dengan surplus setelah pajak yang susut 27 persen yoy, dari Rp26,28 triliun menjadi Rp19,17 triliun.

Lonjakan terbesar yakni dukungan BI kepada pemerintah. Pos beban Hubungan Keuangan dengan Pemerintah melonjak dari Rp10,6 triliun menjadi Rp26,36 triliun. Lonjakan beban lain yang ditanggung BI yakni pelaksanaan kebijakan moneter yang melonjak dari Rp26,84 triliun menjadi Rp28,44 triliun.

Secara total aset dan liabilitas, bank sentral itu tumbuh 14 persen yoy. Aset dan liabilitas yang dimiliki Bank Indonesia naik dari dari Rp3.044 triliun menjadi 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rika Anggraeni
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper