Bisnis.com, JAKARTA – Perusahaan konsultan strategi global asal Jerman, Simon-Kucher & Partners, dalam publikasi terbarunya menempatkan bank digital atau neobank asal Brazil, Nubank, sebagai yang terbesar di dunia berdasarkan nilai valuasi.
Laporan berjudul The Future of Neobanking, how can Neobanks unlock profitable growth? bertanggal Mei 2022 tersebut menyebutkan per Desember 2021, neobank terbesar di Amerika Latin ini menyelesaikan pencatatan saham perdana (initial public offering/IPO) di New York Stock Exchange (NYSE). Saat itu, nilai valuasi Nubank mencapai US$45 miliar atau sekitar Rp645 triliun.
Pada peringkat ke-2, bank digital berdasarkan valuasi terbesar di dunia ditempati oleh Revolut dengan valuasi senilai US$33 miliar. Perusahaan teknologi keuangan asal Inggris ini menawarkan layanan perbankan digital sejak berdiri pada 2015.
Sementara itu, posisi ketiga dihuni oleh bank digital asal Amerika Serikat (AS), Chime. Perusahaan yang menawarkan layanan mobile banking bebas biaya ini tercatat memiliki nilai valuasi sebesar US$25 miliar atau sekitar Rp363 triliun.
Dalam laporannya, Simon-Kucher & Partners memperkirakan pasar global untuk bank digital di seluruh dunia mencapai US$300 miliar. Tersebar di hampir 40 neobank berstatus unicorn atau valuasi di atas US$1 miliar dan didistribusikan secara relatif merata di seluruh wilayah.
Dengan demikian, kehadiran neobank di Amerika Utara, Amerika Latin, Asia Pasifik, dan Inggris masing-masing terakumulasi dengan total nilai US$50 miliar atau lebih per wilayah.
Baca Juga
Di sisi lain, laporan itu menyoroti jumlah bank digital yang tumbuh pesat dalam 2 tahun terakhir di seluruh dunia. Namun, dari sekitar 400 bank digital yang teridentifikasi hingga Januari 2022, hanya segelintir yang mampu membukukan keuntungan.
“Bank digital telah tumbuh yang sangat cepat, tetapi pada saat yang sama kami memperkirakan kurang dari 5 persen yang menguntungkan,” kata Christoph Stegmeier, mitra senior Simon-Kucher, dikutip dari Forbes, Rabu (1/6/2022).
Dalam laporan itu juga disebutkan Indonesia bersama Pakistan dan Malaysia menjadi negara yang melakukan lompatan dalam bisnis neobank. Tiga negara dari Asia ini telah memperoleh dukungan dari regulator untuk perluasan perbankan digital. Meski demikian, dalam laporan yang sama, perbankan digital yang tengah dibangun di Tanah Air seperti Bank Jago (ARTO), Bank Neo Commerce (BBYB) hingga Allo Bank (BBHI) belum terhitung sebagai yang terbesar di dunia meski valuasi sejak diumumkan sebagai bank digital mendaki dibandingkan modalnya.
Berdasarkan data yang Bisnis himpun dari Bursa Efek Indonesia, bank digital seperti Bank Jago (ARTO) memiliki valuasi per 31 Mei 2022 sebesar Rp129,9 triliun (US$8,93 miliar), Bank Neo (BBYB) Rp13,94 triliun (US$0,96 miliar), Allo Bank (BBHI) Rp95.61 triliun hingga Bank MNC (BABP) dengan valuasi Rp4,68 triliun (US$0,32 miliar). Bank digital lain seperti BLU dari BCA hingga Seabank belum menjadi emiten sehingga belum tersedia valuasi yang dibutuhkan.
"Peraturan tentang perbankan digital [di Indonesia] berlaku mulai 30 Oktober 2021. Bank digital dapat didirikan secara mandiri atau melalui bank yang ada. Saat ini, ada tujuh bank digital beroperasi di bawah lisensi perbankan tradisional, dengan tujuh lisensi lagi menunggu (baik digital atau tradisional). Ini berkat regulasi perbankan digital 2021," tertulis dalam laporan.
Berikut daftar 10 neobank terbesar di dunia berdasarkan nilai valuasinya:
Bank Digital Terbesar di Dunia per Desember 2021 | ||
---|---|---|
Ranking | Bank | Valuasi |
1 | Nubank | US$45 miliar |
2 | Revolut | US$33 miliar |
3 | Chime | US$25 miliar |
4 | WeBank | US$21 miliar |
5 | Kakao Bank | US$19 miliar |
6 | Robinhood | US$10 miliar |
7 | SoFi | US$10 miliar |
8 | Tinkoff | US$9 miliar |
9 | N26 | US$9 miliar |
10 | K Bank | US$7 miliar |