Bisnis.com, JAKARTA – Inflasi yang terjadi di Tanah Air disinyalir menjadi penyebab meningkatnya konsumsi pada masyarakat menengah atas. Jika inflasi terus terjadi, dana pihak ketiga (DPK) perbankan diprediksi akan terimbas.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Abdul Manap Pulungan mengatakan kenaikan porsi pengeluaran konsumsi masyarakat berpenghasilan Rp5 juta ke atas pada Mei 2022 disebabkan oleh inflasi. Mereka dipaksa untuk membayar lebih mahal untuk barang yang sama sehingga alokasi dana yang ditabung menjadi berkurang.
“Artinya inflasi sangat berat bagi golongan-golongan tersebut,” kata Abdul, Minggu (12/5/2022).
Tidak hanya alokasi dana untuk disimpan yang berkurang, kata Abdul, akibat harga-harga menjadi mahal, masyarakat kelas menengah atas akan mengambil uang yang mereka simpan di bank.
Dengan kondisi tersebut, Abdul memperkirakan dana pihak ketiga (DPK) perbankan ke depan berpotensi tergerus. Secara bulanan, akan terjadi penurunan DPK untuk tabungan. Sementara itu DPK deposito dan giro cenderung stagnan atau tumbuh tipis.
“Karena tabungan adalah dana yang benar-benar ditaruh untuk simpanan, sedangkan giro itu kan hanya untuk penempatan perusahaan dan deposito ada penalti,” kata Abdul.
Baca Juga
Dia mengatakan kedalaman penurunan DPK tabungan, tergantung dari kondisi inflasi di Tanah Air. Jika inflasi dan komponen-komponen yang di dalamnya, seperti inflasi bahan pangan dan barang yang diatur pemerintah terus naik, maka DPK akan turun.
Sekadar informasi Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan inflasi komponen bahan makanan pada Mei 2022 tercatat sebesar 0,92 persen month to month (mtm). Adapun jika dibandingkan dengan periode yang sama 2021, bahan pangan pada periode tahun ini mengalami inflasi hingga 5,93 persen year on year/yoy.
Sementara itu komponen energi mencatat inflasi sebesar 4,18 persen yoy.
“Jadi bagi kalangan menengah atas ini, inflasi yang paling nyata adalah inflasi bahan pangan dan harga-harga yang diatur pemerintah seperti BBM,” kata Abdul.
Sebelumnya, laporan survei Bank Indonesia menyebutkan bahwa masyarakat berpenghasilan 5 juta ke atas mengurangi alokasi dana mereka untuk tabungan pada Mei 2022.
Laporan BI menyebutkan proporsi pengeluaran responden untuk tabungan terkoreksi 1,2 persen month to month (mtm) pada Mei 2022, menjadi 18,1 persen. Sementara itu pengeluaran untuk konsumsi meningkatkan 0,7 basis poin menjadi 68,8 persen, yang merupakan angka tertinggi pada 5 bulan pertama 2022.
Sekadar informasi pada April 2022, menurut Analisis Uang Beredar Bank Indonesia, total DPK yang berhasil dihimpun perbankan mencapai Rp7.242,8 triliun, naik tipis 0,05 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya (mtm), yang sebesar Rp7.238, triliun.
Sementara itu total tabungan sebesar Rp2.543,5 triliun pada April 2022, tumbuh 3,6 persen mtm.