Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekonom Bank Permata Ungkap Melambatnya Pembiayaan Korporasi per Mei 2022

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengungkapkan perlambatan permintaan pembiayaan korporasi dipengaruhi oleh sektor pertanian, pengolahan, dan perdagangan.
Ekonom Bank Permata menjelaskan fenomena melambatnya pembiayaan korporasi per Mei 2022. /Bisnis-Arief Hermawan P
Ekonom Bank Permata menjelaskan fenomena melambatnya pembiayaan korporasi per Mei 2022. /Bisnis-Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA – Kredit korporasi pada Mei 2022 tercatat tumbuh positif meskipun cenderung melambat jika dibandingkan pada posisi April 2022. Hal tersebut terindikasi dari survei Bank Indonesia yang melaporkan Saldo Bersih Tertimbang (SBT) pada Mei yang tercatat 12,1 persen, lebih rendah dari bulan sebelumnya yang tercatat 29,0 persen.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengungkapkan perlambatan permintaan pembiayaan korporasi dipengaruhi oleh sektor pertanian, pengolahandan perdagangan. Hal ini sejalan dengan melemahnya permintaan domestik dan ekspor.

“Perlambatan pembiayaan korporasi pada bulan Mei diperkirakan dipengaruhi oleh hari kerja produktif yang lebih sedikit karena libur Idul Fitri sehingga produktivitas dari beberapa lapangan usaha cenderung melambat,” kata Josua kepada Bisnis, Jumat (17/6/2022).

Selain itu, Josua menerangkan pembiayaan korporasi di sektor pertambangan juga cenderung melambat karena sumber dana untuk ekspansi usaha diperoleh dari dana sendiri. Hal ini mengingat likuiditas pelaku usaha di sektor pertambangan yang cenderung meningkat karena penjualan dari komoditas pertambangan.

Selanjutnya dengan mempertimbangkan kondisi global, Josua melihat kenaikan harga komoditas dan bahan baku serta masih tingginya biaya transportasi, maka berpotensi mendorong peningkatan biaya produksi di sektor manufaktur.

Sementara itu, Josua mengungkapkan kenaikan harga di level produsen yang terindikasi dari Producer Price Index berpotensi untuk di-pass-through ke konsumen, yang pada akhirnya berpotensi mendorong kenaikan inflasi di level konsumen.

“Dengan kecenderungan peningkatan inflasi domestik, untuk beberapa lapangan usaha juga cenderung akan melakukan penyesuaian terhadap kapasitas produksinya karena permintaan dari konsumen yang juga berpotensi melambat,” ujarnya.

Oleh sebab itu, Josua menilai kenaikan biaya produksi dan inflasi domestik tersebut berpotensi mempengaruhi permintaan pembiayaan ke depannya.

Namun demikian, kebutuhan pembiayaan dari beberapa sektor ekonomi yang diperkirakan akan cenderung meningkat, antara lain di sektor konstruksi, informasi dan komunikasi, serta pengadaan listrik terindikasi dari SBT yang cenderung meningkat dalam tiga bulan mendatang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rika Anggraeni
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper