Bisnis.com, JAKARTA - Inflasi dan kenaikkan suku bunga dinilai dapat menghambat permintaan kredit pemilikan rumah (KPR) baru. Kendati demikian, KPR diproyeksikan tetap kuat dan mampu tumbuh di atas 6 persen yoy pada kuartal III/2022.
Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira memperkirakan di tengah gejolak inflasi maupun kenaikan suku bunga, KPR masih akan tumbuh di atas 6 persen year-on-year/yoy pada kuartal III/2022. Meski demikian bank-bank tetap harus mencermati downside risk yang berasal dari inflasi maupun suku bunga, yang dapat membuat pengajuan KPR baru tertunda.
“Bank sebaiknya dorong event-event properti di berbagai wilayah, bisa bekerja sama dengan developer maupun asosiasi sehingga pemulihan KPR tetap solid,” kata Bhima, Selasa (28/70.
Sementara itu, ekonom dan praktisi pasar modal LBP Institute Lucky Bayu Purnomo mengatakan langkah Bank Indonesia menahan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) pada 3,50 persen akan memberi dampak pada KPR.
Dia menjelaskan kinerja suku bunga dan komponennya, selalu memperhitungkan kemampuan sumber pendapatan masyarakat, dengan kemampuan masyarakat dalam menggunakan uang serta menghadapi inflasi.
Dengan ditahannya suku bunga acuan pada level 3,5 persen, menurutnya, Bank Indonesia masih melihat bahwa kondisi perekonomian Indonesia masih belum dalam kondisi yang agresif.
Baca Juga
“Artinya Bank Indonesia melihat bahwa sebenarnya kemampuan masyarakat untuk melakukan konsumsi cukup baik, namun perlu ditahan untuk dikelola. Salah satu konsumsi tersebut adalah kredit untuk rumah, motor, dan seterusnya,” kata Lucky.
Lucky menambahkan jika dibandingkan dengan Amerika Serikat atau global, inflasi Indonesia masih di kisaran 3,5 persen yoy, sementara Amerika Serikat sudah di atas 6 persen.
Bank Indonesia menurutnya, bisa saja mengubah suku bunga acuan karena Amerika Serikat masih menjadi parameter dunia. Namun BI lebih memilih menahan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR).
“Karena proses pemulihan ini harus sangat hati-hat, sangat diatur,” kata Lucky.
Diketahui, penyaluran kredit sektor properti pada Mei 2022 tumbuh 5,9 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya 6,1 persen (yoy), terutama pada KPR/KPA.
Laporan uang beredar yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia memperlihatkan bahwa total kredit sektor properti pada Mei 2022 sebesar Rp1.141,2 triliun, sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan April 2022 yang sebesar Rp1.135,4 triliun. Kendati demikian, dari sisi pertumbuhan (yoy) pada Mei 2022 lebih rendah dibandingkan dengan April, terutama pada segmen KPR/KPA.
KPR/KA melambat dari 10,5 persen (yoy) menjadi sebesar 9,8 persen (yoy) pada Mei 2022, terutama untuk pembiayaan perumahan tipe 22 s.d. 70 di Jawa Barat dan Banten. Sementara itu, kredit real estat tumbuh stabil sebesar 4,3 persen (yoy) pada bulan laporan.
Sementara itu secara total, kredit yang disalurkan oleh perbankan pada Mei 2022 tetap tumbuh positif meski tidak setinggi bulan sebelumnya. Penyaluran kredit pada Mei 2022 tercatat sebesar Rp5.999,0 triliun, atau tumbuh 8,7 persen (yoy), sedikit lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya 8,9 persen (yoy).