Bisnis.com, JAKARTA – Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) mencatat simpanan deposito masih menjadi instrumen yang paling banyak berkontribusi per Mei 2022, yakni 37 persen dari total simpanan dengan nilai yang mencapai Rp2.809 triliun.
Berdasarkan laporan LPS Distribusi Simpanan Bank edisi Mei 2022, jenis simpanan deposito naik 0,1 persen secara tahunan (year-on-year/yoy), meski mengalami kontraksi 0,4 persen dibandingkan bulan sebelumnya.
“Kenaikan nominal simpanan terbesar terdapat pada jenis simpanan giro sebesar 3,0 persen MoM, sedangkan penurunan pertumbuhan nominal simpanan terdalam terdapat pada jenis simpanan deposit on call sebesar -17,4 persen MoM,” tulis LPS dalam laporannya, dikutip Rabu (29/6/2022).
Secara rinci, simpanan giro mencapai Rp2.225 triliun yang menyumbang sebanyak 29,3 persen dari total simpanan di bank umum per Mei 2022. Diikuti dengan jenis simpanan tabungan yang berkontribusi sebesar 33 persen dengan nilai yang mencapai Rp2.504 triliun.
Lalu, ada deposit on call yang mengalami penurunan terdalam dengan kontraksi yang mencapai 17,4 persen secara MoM dan turun 37,4 persen secara tahunan. Jenis simpanan ini hanya mencapai Rp46 triliun per Mei 2022.
Kemudian, sertifikat deposito menjadi jenis simpanan yang paling sedikit berkontribusi dengan nilai Rp3 triliun. Itu turun 3,4 persen secara MoM, namun naik secara tahunan sebesar 24,4 persen.
Baca Juga
Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Amin Nurdin memahami mengapa instrumen deposito menjadi jenis simpanan yang paling menarik, baik di kalangan menengah ke bawah maupun menengah ke atas.
“Deposito menjadi pilihan yang paling menarik karena bunganya,” kata Amin kepada Bisnis, Rabu (29/6/2022).
Selain itu, Amin menerangkan seringkali beberapa perbankan menawarkan deposito special rate (bunga spesial) untuk menarik nasabah.
Adapun dari sisi bank, Amin menilai perbankan harus menjaga kondisi likuiditas, mengingat kondisi global seperti perang Rusia dan Ukraina. Selain itu, adanya tapering off yang kemudian The Fed berencana untuk menaikkan suku bunga.
“Ini [deposito] salah satu pilihan yang paling cepat dan mudah, meski biaya dana [cost of fund/CoF] besar tapi akan ada imbal hasil manakala itu diputar oleh bank di bisnis-bisnis yang menguntungkan, baik secara core business maupun di bidang lain,” terangnya.
Lebih lanjut, Amin melihat instrumen deposito akan menjadi pilihan utama sampai dengan akhir 2022 di beberapa porsi dan perbankan tertentu yang belum bisa mengandalkan instrumen lain, seperti pendapatan berbasis fee atau komisi (fee based income/FBI) dan digitalisasi.
Sementara itu, untuk bank-bank yang sudah bisa mengandalkan fee based income dan digitalisasi, kata Amin, deposito bukan lagi menjadi instrumen yang utama namun tetap unggul dan masih menjadi hal yang menarik sampai akhir tahun.