Bisnis.com, JAKARTA — Pertumbuhan kredit ke sektor pertambangan, khususnya batu bara diprediksi tumbuh melambat ke depan, kendati negara-negara barat batal menyetop pembiayaan ke sektor energi fosil tersebut.
Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan tren pendanaan ke sektor pertambangan, khususnya batu bara, tidak akan langsung melonjak seiring dengan pelonggaran komitmen negara-negara barat dalam membiayai proyek energi fosil.
Dia menjelaskan alasannya bank perlu melakukan seleksi terlebih dahulu mana perusahaan batu bara yang bisa penuhi standar kalori untuk pembangkit listrik di Eropa dan mana yang tidak dapat memenuhi.
Penyaluran pinjaman bank ke debitur pertambangan juga masih penuh ketidakpastian karena setiap saat ketika hubungan Rusia dan Eropa membaik maka Eropa bisa saja setop beli batu bara dari Indonesia.
“Perlu diingat juga, ada Afrika Selatan dan Australia yang mengincar pasar Eropa dengan kualitas batu bara lebih baik dari Indonesia,” kata Bhima, Kamis (30/6/2022).
Faktor berikutnya, ujar Bhima, meski ada lonjakan permintaan di Eropa, secara global permintaan energi fosil tertekan oleh sinyal resesi ekonomi.
Dia memperkirakan permintaan kemungkinan melambat, tercermin dari harga batu bara di pasar internasional alami koreksi 5,2 persen dalam satu bulan terakhir.
Selain itu Bhima juga memproyeksikan penyaluran kredit batu bara pada Juni—Juli 2022 akan melanjutkan tren perlambatan petumbuhan penyaluran kredit batu bara seperti periode April—Mei 2022.
“Jadi beberapa debitur mungkin tidak terlalu agresif seperti awal tahun untuk lakukan pengajuan kredit baru,” kata Bhima.
Sekadar informasi, merujuk laporan Bank Indonesia, pertumbuhan kredit investasi di sektor pertambangan melambat dari 67,3 persen yoy pada April 2022, menjadi 57,9 persen yoy pada Mei 2022. Sementara itu pertumbuhan kredit modal kerja melambat dari 42,5 persen yoy, menjadi 38,9 persen yoy pada Mei 2022.
Data BI juga mengungkapkan meski mengalami perlambatan, pertumbuhan kredit ke sektor pertambangan dan penggalian, baik kredit investasi maupun modal kerja, adalah pertumbuhan tertinggi pada Mei 2022 dibandingkan dengan pertumbuhan kredit ke sektor lainnya.
Predikat sektor pertambangan dan penggalian sebagai sektor dengan pertumbuhan kredit paling agresif sudah terjadi sejak Februari 2022 hingga Mei 2022.
Pada Mei 2022, kredit investasi perbankan yang disalurkan ke sektor pertambangan dan penggalian tercatat sebesar Rp81,7 triliun atau tumbuh 57,9 persen year on year.
Pertumbuhan signifikan juga terjadi untuk kredit modal kerja, dengan nilai mencapai Rp91,7 triliun, tumbuh 38,9 persen yoy.
Pada perkembangan lain, dilansir dari Bloomberg, Negara barat bersepakat membatalkan komitmen penyetopan pembiayaan proyek bahan bakar fosil, menyusul krisis energi akibat perang Rusia di Ukraina. Pada akhirnya, para anggota Group of 7 (G7) menyepakati sebuah kompromi untuk membatalkan komitmen penyetopan pembiayaan bahan bakar fosil.
Para pemimpin juga gagal menetapkan tenggat untuk menghentikan penggunaan batu bara yang harganya kini kian memanas karena lonjakan permintaan di banyak negara.