Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Inflasi Juni 2022 tembus 4,35 Persen, Suku Bunga Acuan Siap Naik? Ini Kata Bos BI

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyampaikan bahwa laju inflasi pada Juni 2022 lebih dipengaruhi oleh komponen harga bergejolak (volatile food).
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan keterangan melalui streaming di Jakarta, Rabu (29/4/2020). Dok. Bank Indonesia
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan keterangan melalui streaming di Jakarta, Rabu (29/4/2020). Dok. Bank Indonesia

Bisnis.com, JAKARTA — Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan tingkat inflasi Juni 2022 mencapai level 4,35 persen, tertinggi sejak Juni 2017.

Secara tahunan, penyunbang utama inflasi Juni 2022 yaitu berasal dari komoditas makanan minuman dan tembakau dengan andil kepada inflasi sebesar 0,47 persen.

Secara bulanan, tingkat inflasi pada periode tersebut mencapai 0,61 persen dan secara tahun kalender 2022 mencapai 3,19 persen.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyampaikan bahwa laju inflasi pada Juni 2022 lebih dipengaruhi oleh komponen harga bergejolak (volatile food).

Di sisi lain, inflasi inti pada Juni 2022 tercatat sebesar 2,63 persen secara tahunan. Perry menilai, tingkat inflasi secara fundamental tersebut masih rendah, sehingga masih memberikan ruang bagi suku bunga acuan untuk tetap dijaga pada level yang rendah.

Inflasi inti relatif rendah sehingga itu memberikan ruang fleksibilitas bagi kami untuk tidak buru-buru menaikkan suku bunga,” katanya dalam rapat kerja bersama dengan Badan Anggaran DPR RI, Jumat (1/7/2022).

Perry menyampaikan, kenaikan subsidi energi oleh pemerintah, dengan dukungan pembiayaan dari BI akan tetap mendukung terkendalinya inflasi, khususnya dari tekanan harga yang diatur pemerintah (administered prices).

Pada kesempatan yang sama, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memperkirakan tingkat inflasi hingga akhir 2022 akan mencapai tingkat 4,5 persen, dipengaruhi oleh lonjakan harga komoditas global akibat disrupsi rantai pasok global dan perang antara Rusia dan Ukraina.

Proyeksi ini lebih tinggi dari proyeksi pemerintah sebelumnya, pada kisaran 2 hingga 4 persen.

“Inflasi sedikit mengalami tekanan di semester II/2022 di kisaran 3,5 hingga 4,5 persen persen. Keseluruhan tahun [inflasi diperkirakan] di kisaran 3,5 hingga 4,5 persen,” katanya.

Sri Mulyani menjelaskan, tekanan dari tingginya harga komoditas masih akan berlanjut di semester II/2022 sehingga berpotensi mendorong inflasi sedikit lebih tinggi dari batas atas sasaran.

Namun demikian, imbuhnya, peran dari APBN sebagai shock absorber diharapkan dapat mendukung terjaganya daya beli masyarakat dan terkendalinya laju inflasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Maria Elena
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper