Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Analis Sebut Akuisisi Astra (ASII) Bakal Bikin Harga Saham Tembus Rp7.700

Penguatan harga saham ASII karena emiten perdagangan otomotif itu memiliki satu tantangan untuk mengelola portofolio baru, yakni perbankan.
Kantor Bank Jasa Jakarta/bjj.co.id
Kantor Bank Jasa Jakarta/bjj.co.id

Bisnis.com, JAKARTA – Analis pasar modal menyebut aksi akuisisi yang dilakukan PT Astra International Tbk. (ASII) melalui PT Sedaya Multi Investama atau Astra Financial dengan menggenggam 49,56 persen saham PT Bank Jasa Jakarta akan membuat prospek harga saham ASII dalam jangka menengah dan panjang cenderung menguat.

Analis Pasar Modal Lucky Bayu Purnomo menilai penguatan harga saham ASII karena emiten perdagangan otomotif itu memiliki satu tantangan untuk mengelola portofolio baru, yakni perbankan.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), harga saham ASII ditutup melemah di harga Rp6.500 per saham atau turun 0,38 persen pada akhir perdagangan hari ini, Senin (4/7/2022).

“Target terdekat ada di angka Rp7.000 dan target tertinggi Rp7.700. Harga Rp7.700 itu harga Astra tertinggi sepanjang setahun, karena itu adalah harga Astra 52 minggu yang lalu. Itu capaian harga yang paling rasional,” kata Lucky kepada Bisnis, Senin (4/7/2022).

Selain itu, lanjut Lucky, Astra juga sudah memiliki sejarah portofolio di bidang perbankan dengan memiliki PT Bank Permata Tbk. (BNLI) pada waktu itu.

Dia melihat Astra dalam hal ini melakukan satu langkah strategis karena sebelumnya proses kepemilikan BNLI mengisahkan satu portofolio atau ekosistem portofolio perusahaan yang cukup baik.

“Jadiini adalah langkah baik untuk Astra dan juga langkah yang cukup baik untuk Bank Jasa Jakarta,” tuturnya.

Adapun, manfaat lainnya dengan mengakuisisi Bank Jasa Jakarta, pertama, dapat meningkatkan kinerja portofolio. Namun dengan syarat, Bank Jasa Jakarta nantinya dapat menjadi kontributor portofolio penyumbang dividen untuk pertumbuhan usaha.

Kedua, meningkatkan nilai aset perusahaan. Ketiga, mendorong integrasi usaha Astra dan lini usaha Astra. Hal ini mengingat ASII memiliki berbagai macam bidang usaha yang sangat memungkinkan untuk diintegrasikan dari Bank Jasa Jakarta.

Keempat, meningkatkan apresiasi pasar. Menurut Lucky, di saat pasar sedang mengalami koreksi maka sentimen ini merupakan sentimen yang cukup baik.

“Ini membuktikan Astra memiliki fundamental yang menarik karena akuisisi itu terjadi tentu dengan salah satu dasar bahwa perusahaan tersebut memiliki kemampuan kinerja fundamental,” terangnya.

Di sisi lain, Pengamat Pasar Modal dari Universitas Indonesia (UI) Budi Frensidy memandang Grup Astra adalah grup besar dengan lebih dari 200 anak perusahaan di 7 divisi dan memiliki karyawan lebih dari 200.000.

"Karenanya, prospek Bank Jasa Jakarta akan jauh lebih bagus karena punya captive market yang besar dengan masuknya Astra International," ujar Budi.

Adapun manfaat lain, menurut Budi, jika Astra International sebagai pemegang saham pengendali (PSP), menambah ekuitas agar bank itu naik kelas dari sisi BUKU atau BKMI adalah sesuatu yang mudah dilakukan.

"Manfaat untuk Astra adalah kini grup ini punya bank lagi setelah menjual kepemilikannya di Bank Permata," tambahnya.

BANK DIGITAL RONTOK

Jika meneropong pertengahan tahun ini, masih terdapat bank digital yang mengalami rugi. Namun, Lucky menilai tidak seluruh bank mengalami atau berada di masa transformasi digitalisasi. Artinya, masih banyak bank yang semi konvensional dan semi digital.

“Karena [bank] melihat fenomena bahwa digitalisasi itu masih menjadi proses transisi dari industri keuangan, walaupun saya sepakat masa depan keuangan itu ada di digitalisasi,” ungkap Lucky.

Untuk itu, selama korporasi mampu mengendalikan risiko mana momentum untuk murni digitalisasi, mana momentum untuk melakukan pengelolaan risiko dengan bisnis komersial itu yang akan tetap tumbuh.

“Jadi kuncinya adalah bagaimana manajemen mampu mengubah momentum ini dengan risiko yang ada,” terangnya.

Dengan demikian, dia menuturkan bahwa belum tentu bank digital itu terus-menerus mengalami koreksi. Sebab pada umumnya, masyarakat membutuhkan waktu untuk beradaptasi.

"Jadi bisnis bank digital itu wajar apabila mengalami koreksi, karena secara literasi dan inklusi, digitalisasi di masyarakat juga membutuhkan waktu," tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rika Anggraeni
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper