Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. atau BBNI optimistis dapat membukukan pertumbuhan laba lebih baik dibandingkan dengan capaian selama lima bulan pertama tahun ini. Mengutip laporan bulanan, perseroan membukukan laba bersih tahun berjalan sebesar Rp7,33 triliun, tumbuh 65,37 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).
“Bisa lebih baik lagi [dibandingkan Mei 2022],” kata Direktur Utama BNI Royke Tumilaar usai mengunjungi Wisma Bisnis Indonesia, Jakarta, Senin (11/7/2022).
Bila dirinci, pendapatan bunga bersih sebesar Rp16,26 triliun, tumbuh 3,1 persen yoy per Mei 2022. Sementara itu beban operasional turun 27,26 persen, menjadi Rp7,39 triliun.
Royke melanjutkan, kepercayaan diri tersebut didorong oleh kemampuan perusahaan dalam mengendalikan beban operasional dengan pemanfaatan digital. Hal itu diiringi oleh volume transaksi digital yang naik serta dengan cost of fund atau beban dana yang lebih rendah.
Sementara itu Direktur Keuangan BNI Novita Widya Anggraini mengatakan pertumbuhan laba didorong oleh banyak aspek seperti pertumbuhan margin bunga bersih, fee based income, dan beban dana yang terkendali.
“Kualitas kredit juga membaik. Jadi semua indikator yang di non-performing loan kami bisa perbaiki,” kata Novita.
Baca Juga
Sementara itu, BNI dan entitas anak berhasil membukukan laba bersih tahun berjalan secara konsolidasian sebesar Rp3,97 triliun pada kuartal I/2022.
Berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan di Harian Bisnis Indonesia pada Selasa (26/4/2022), laba Bank BNI secara konsolidasi melesat 66 persen yoy. Pertumbuhan laba tersebut ditopang oleh turunnya pendapatan bunga sebesar 2 persen yoy. Dengan demikian, pendapatan bunga BBNI susut dari Rp12,36 triliun pada posisi Maret 2021 menjadi Rp12,17 triliun per Maret 2022.
Sementara itu, beban bunga ikut menyusut 1 persen yoy, dari Rp2,96 triliun menjadi Rp2,94 triliun. Alhasil, pendapatan bunga bersih menurun 2 persen yoy menjadi Rp9,4 triliun dari semula Rp9,23 triliun.