Bisnis.com, JAKARTA - Emiten pembiayaan PT BFI Finance Tbk. (BFIN) mengakui sedang merencanakan berbagai inisiatif digitalisasi terbaru, seiring masuknya konglomerat sekaligus bankir kawakan Jerry Ng sebagai pengendali.
Sebagai informasi, Jerry Ng menjadi pengendali dari BFIN melalui Trinugraha Capital & Co SCA yang juga terafiliasi Garibaldi 'Boy' Thohir. Adapun, Jerry Ng pun tercatat merupakan otak di balik manuver PT Bank Jago Tbk. (ARTO) menjadi salah satu bank digital terpopuler seperti saat ini.
Direktur Keuangan sekaligus Sekretaris Perusahaan BFI Finance Sudjono mengungkap bahwa berbagai strategi yang membawa BFIN lebih dekat dengan teknologi dan proses digitalisasi akan dimulai pada tahun ini.
"Kami sedang banyak proyek internal terkait digitalisasi di tahun ini, terutama soal costumer intimacy. Tujuannya, untuk mempertahankan pelanggan berkualitas baik bertahan di BFI Finance," ujarnya ketika ditemui Bisnis, dikutip Kamis (14/7/2022).
Sudjono sempat menjelaskan bahwa BFIN sebagai perusahaan pembiayaan senior yang berdiri sejak 1982 dan telah memiliki basis layanan konvensional kuat dengan aset Rp16,4 triliun per kuartal I/2022, terbilang sulit untuk menyajikan pembiayaan berbasis digital yang fleksibel dan lebih berisiko.
Itulah alasan BFIN memilih strategi membuat anak usaha platform teknologi finansial pendanaan bersama (fintech P2P lending) PT Finansial Integrasi Teknologi alias Pinjam Modal, untuk menjadi jembatan menyalurkan pinjaman kepada segmen-segmen debitur yang belum bisa mendapat akses pembiayaan secara konvensional.
Baca Juga
"Tapi BFI Finance ke depan juga ingin mencoba upaya digitalisasi buat akuisisi pelanggan baru lewat memperluas partnership, sehingga saat ini sedang dimulai pengembangan kapasitas internal," tambahnya.
Adapun, Head Corporate Communication BFI Finance Dian Fahmi membenarkan bahwa Jerry Ng telah menginspirasi pihaknya untuk segera bertransformasi menjadi perusahaan pembiayaan yang memiliki basis ekosistem digital kuat, bukan lagi sekadar mengandalkan lini bisnis pembiayaan konvensional.
"Sejak awal dimulainya aksi korporasi beliau [Jerry Ng] bersama Trinugraha Capital untuk memperkuat kepemilikan di BFI Finance, kami mendapat banyak pandangan dan peluang baru, dan kami percaya keahlian beliau bisa membawa transformasi digital BFI Finance dalam jalur yang tepat," jelasnya ketika ditemui Bisnis.
Sebagai informasi, aksi korporasi Trinugraha Capital lewat penawaran saham sukarela (tender offer) telah terealisasi pada awal tahun ini. Saat ini, Trinugraha Capital memegang kepemilikan 48,15 persen atas BFIN lewat menggenggam 7,68 juta lembar saham.
Salah satu tujuannya, yaitu mengoptimalkan investasi dalam transformasi bisnis BFIN dan menerapkan teknologi digital dalam mengoptimalkan operasi BFIN, dengan harapan mampu melayani konsumen dengan lebih baik dan memperkuat daya saing BFIN untuk pertumbuhan jangka panjang.
Dian mengaku belum bisa berbicara banyak soal inisiatif digital baru apa saja yang tengah BFIN persiapkan. Namun, Dian mengungkap salah satunya direncanakan terealisasi pada semester II/2022.
"Pada akhirnya, misi utama kami masih dalam rangka membawa kinerja pembiayaan konsumen dan aset BFI Finance kembali ke level normal seperti sebelum pandemi Covid-19," tambah Dian.
Sebagai gambaran, BFIN pada kuartal I/2022 mencatatkan pembiayaan baru senilai Rp4,8 triliun. Mayoritas merupakan lini bisnis pembiayaan multiguna beragun kendaraan atau properti untuk individu maupun pelaku usaha. Pembiayaan lain yang mengambil porsi kecil, yaitu pembiayaan kendaraan dari dealer, alat berat, dan mesin-mesin produksi.
Tahun ini, BFIN mengincar penyaluran pembiayaan tumbuh 10-15 persen (year-on-year/yoy) dari realisasi sepanjang 2021, yaitu Rp13,67 triliun. Sebagai perbandingan, pembiayaan baru BFIN pada periode 2019 sanggup menyentuh Rp15,89 triliun, kemudian pandemi membuat pembiayaan anjlok hanya Rp7,6 triliun saja sepanjang 2020.
Adapun, total aset BFIN sempat mencapai Rp19 triliun dengan piutang pembiayaan bersih Rp17,3 triliun pada periode 2019. Era pandemi membuat aset BFIN anjlok menjadi Rp15,2 triliun dengan piutang neto Rp12,7 triliun, kemudian tumbuh tipis pada 2021 menjadi Rp15,63 triliun dengan piutang neto Rp13,68 triliun.