Bisnis.com, JAKARTA - Kredivo, platform kredit digital alias pinjaman online (pinjol) mendapatkan peningkatan limit joint financing menjadi Rp2 triliun dari PT Bank DBS Indonesia. Peningkatan limit joint financing tersebut mempertegas komitmen jangka panjang kedua belah pihak untuk berkolaborasi dalam memberikan akses kredit yang inklusif melalui platform kredit digital bagi seluruh masyarakat Indonesia.
CEO Kredivo Indonesia Umang Rustagi mengatakan, penambahan limit joint financing ini menjadi validasi akan potensi industri fintech dalam membuka akses kredit digital secara lebih cepat, mudah, dan terjangkau.
Kerja sama yang terjalin dengan Bank DBS Indonesia memungkinkan Kredivo untuk memperluas jangkauan layanannya ke kota tier 2 dan tier 3. Menurut Umang, meski secara persentase pengguna layanan kredit digital dan bayar tunda (BNPL/paylater) di kota tier 2 dan tier 3 masih kecil, pertumbuhan penggunanya lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan di kota tier 1.
"Kami ingin menyediakan paylater dan layanan Kredivo kepada orang sebanyak mungkin. Saat ini, kami telah melayani lebih dari 5 juta pengguna dan kami ingin meningkatkannya hingga puluhan juta pengguna dalam beberapa tahun ke depan," kata Umang dalam konferensi pers, Rabu (20/7/2022).
Melalui kerja sama yang solid dengan pihak perbankan, dia optimistis bahwa ke depannya akses layanan keuangan digital di Indonesia akan semakin inklusif dan dapat dinikmati oleh berbagai lapisan masyarakat.
Dia menuturkan, industri kredit digital termasuk paylater terus memperlihatkan pertumbuhan positif, terutama dari sisi pengguna.
Berdasarkan riset Kredivo dan Katadata Insight Center 2022, menunjukkan bahwa penggunaan paylater mengalami pertumbuhan, dengan 38 persen konsumen menggunakan paylater saat berbelanja di e-commerce dalam 1 tahun terakhir, meningkat dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu sebesar 28 persen. Selain itu, adanya peningkatan persentase konsumen yang menggunakan paylater lebih dari satu kali sebulan di tahun lalu dari 23 persen menjadi 27 persen di tahun ini.
"Hal ini menunjukkan sinyal baik akan potensi paylater yang diharapkan dapat menjadi katalisator pertumbuhan ekonomi digital yang lebih inklusif di Indonesia," tuturnya.
Sementara itu, Consumer Banking Director Bank DBS Indonesia Rudy Tandjung mengatakan, dalam 2 tahun terakhir, pihaknya melihat dampak signifikan dalam percepatan penyaluran kredit di sektor ritel melalui Kredivo, sehingga Bank DBS Indonesia meningkatkan limit joint financing ke Kredivo menjadi Rp2 triliun.
Dia menuturkan, kerja sama dengan Kredivo telah terjalin sejak 2020 dan Bank DBS Indonesia selama 2 tahun berturut-turut melakukan peningkatan limit joint financing kepada Kredivo. Hal ini menunjukkan optimisme Bank DBS terhadap peran fintech dalam mengakselerasi penyaluran kredit ritel.
"Kami 2020 mulai dengan Rp500 miliar. Kami melihat performance Kredivo menunjukkan hal-hal positif bahkan pada saat pandmei. Kemudian di 2021, komitmen kami tambah dari Rp500 miliar menjadi Rp1 triliun. Sekarang Rp2 triliun. Ini menunjukkan kepercayaan, bukan hanya kepada Kredivo, tapi juga market di Indonesia di mana tidak hanya demand yang ada tapi juga kualitas portofolio kredit sendiri pun membaik bahkan pada saat Covid," ujar Rudy.
Dia pun berharap dengan adanya transisi pandemi Covid-19 ke endemi, portofolio penyaluran kredit dapat lebih baik lagi, sehingga limit joint financing kepada Kredivo dapat ditingkatkan lagi tahun depan.
Lebih lanjut lagi, mengingat kesamaan visi dengan Kredivo dalam menghadirkan akses keuangan yang inovatif melalui teknologi, Bank DBS Indonesia melihat masih banyak kesempatan strategis untuk memperkuat kolaborasi bersama Kredivo yang selaras dengan cetak biru Sistem Pembayaran Indonesia (SPI) 2025 Bank Indonesia untuk pengembangan open banking melalui interlink antara digibank by DBS dan fintech melalui standar open API.
Kerja sama yang terjalin dengan Bank DBS Indonesia memungkinkan Kredivo untuk memperluas jangkauan layanannya ke kota tier 2 dan tier 3. Menurut Umang, meski secara persentase pengguna layanan kredit digital dan bayar tunda (BNPL/paylater) di kota tier 2 dan tier 3 masih kecil, pertumbuhan penggunanya lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan di kota tier 1.
"Kami ingin menyediakan paylater dan layanan Kredivo kepada orang sebanyak mungkin. Saat ini, kami telah melayani lebih dari 5 juta pengguna dan kami ingin meningkatkannya hingga puluhan juta pengguna dalam beberapa tahun ke depan," kata Umang dalam konferensi pers, Rabu (20/7/2022).
Melalui kerja sama yang solid dengan pihak perbankan, dia optimistis bahwa ke depannya akses layanan keuangan digital di Indonesia akan semakin inklusif dan dapat dinikmati oleh berbagai lapisan masyarakat.
Dia menuturkan, industri kredit digital termasuk paylater terus memperlihatkan pertumbuhan positif, terutama dari sisi pengguna.
Berdasarkan riset Kredivo dan Katadata Insight Center 2022, menunjukkan bahwa penggunaan paylater mengalami pertumbuhan, dengan 38 persen konsumen menggunakan paylater saat berbelanja di e-commerce dalam 1 tahun terakhir, meningkat dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu sebesar 28 persen. Selain itu, adanya peningkatan persentase konsumen yang menggunakan paylater lebih dari satu kali sebulan di tahun lalu dari 23 persen menjadi 27 persen di tahun ini.
"Hal ini menunjukkan sinyal baik akan potensi paylater yang diharapkan dapat menjadi katalisator pertumbuhan ekonomi digital yang lebih inklusif di Indonesia," tuturnya.
Sementara itu, Consumer Banking Director Bank DBS Indonesia Rudy Tandjung mengatakan, dalam 2 tahun terakhir, pihaknya melihat dampak signifikan dalam percepatan penyaluran kredit di sektor ritel melalui Kredivo, sehingga Bank DBS Indonesia meningkatkan limit joint financing ke Kredivo menjadi Rp2 triliun.
Dia menuturkan, kerja sama dengan Kredivo telah terjalin sejak 2020 dan Bank DBS Indonesia selama 2 tahun berturut-turut melakukan peningkatan limit joint financing kepada Kredivo. Hal ini menunjukkan optimisme Bank DBS terhadap peran fintech dalam mengakselerasi penyaluran kredit ritel.
"Kami 2020 mulai dengan Rp500 miliar. Kami melihat performance Kredivo menunjukkan hal-hal positif bahkan pada saat pandmei. Kemudian di 2021, komitmen kami tambah dari Rp500 miliar menjadi Rp1 triliun. Sekarang Rp2 triliun. Ini menunjukkan kepercayaan, bukan hanya kepada Kredivo, tapi juga market di Indonesia di mana tidak hanya demand yang ada tapi juga kualitas portofolio kredit sendiri pun membaik bahkan pada saat Covid," ujar Rudy.
Dia pun berharap dengan adanya transisi pandemi Covid-19 ke endemi, portofolio penyaluran kredit dapat lebih baik lagi, sehingga limit joint financing kepada Kredivo dapat ditingkatkan lagi tahun depan.
Lebih lanjut lagi, mengingat kesamaan visi dengan Kredivo dalam menghadirkan akses keuangan yang inovatif melalui teknologi, Bank DBS Indonesia melihat masih banyak kesempatan strategis untuk memperkuat kolaborasi bersama Kredivo yang selaras dengan cetak biru Sistem Pembayaran Indonesia (SPI) 2025 Bank Indonesia untuk pengembangan open banking melalui interlink antara digibank by DBS dan fintech melalui standar open API.