Bisnis.com, JAKARTA - Permintaan terhadap kredit pemilikan rumah (KPR) syariah dinilai masih akan tinggi di tengah kondisi resesi global. Perbankan syariah dituntut untuk menunjukkan keunggulan produk KPR Syariah.
Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Piter Abdullah mengatakan perekonomian Indonesia diperkirakan tidak akan banyak terdampak oleh resesi global.
Indonesia diuntungkan oleh tingginya harga barang-barang komoditas sehingga membantu pulihnya ekonomi seiring meredanya pandemi Covid-19. Dengan kondisi tersebut, Piter memprediksi permintaan terhadap KPR Syariah akan tumbuh dan membaik.
“Didukung pulihnya ekonomi permintaan kredit perumahan akan terus membaik. Demikian juga permintaan kredit KPR syariah,” kata Piter, Kamis (4/8).
Laporan Uang Beredar Bank Indonesia menyebutkan, penyaluran kredit sektor properti pada Juni 2022 tumbuh 5,0 persen (year-on-year/yoy), lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya 5,9 persen (yoy), terutama pada KPR/KPA dan kredit konstruksi.
Kredit KPR/KPA melambat dari 9,8 persen yoy menjadi sebesar 7 persen yoy pada Juni 2022, terutama untuk pembiayaan perumahan tipe di atas 70 di Jawa Barat dan Banten.
Piter juga berpendapat seharusnya bank-bank syariah mampu memacu pertumbuhan KPR syariah lebih tinggi. Mereka harus bisa menunjukkan kelebihan KPR syariah dibandingkan dengan KPR konvensional.
Selama ini keunggulan KPR syariah tidak begitu nampak dan dirasakan nasabah.Menurutnya, beban cicilan (bunga) KPR syariah selama ini dirasakan tidak berbeda dengan KPR konvensional.
"Sehingga pembedanya hanyalah keyakinan berdasarkan agama. Hal ini menyebabkan permintaan kredit KPR syariah tidak terlalu besar,” kata Piter.