Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. atau BRI (BBRI) dan anak perusahaan atau BRI Group membukukan laba bersih senilai Rp24,88 triliun atau tumbuh 93,38 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) pada paruh pertama 2022.
Adapun, total aset juga meningkat 6,37 persen yoy menjadi Rp1.652,84 triliun. Pencapaian laba BRI tersebut menjadi yang terbesar sekaligus menjadi pertumbuhan yang tertinggi di Indonesia.
Direktur Utama BRI Sunarso menekankan bahwa situasi dan kondisi ekonomi Indonesia secara domestik sesungguhnya sangat solid. Menurutnya, berbagai kebijakan yang diberikan oleh pemerintah maupun regulator di sektor keuangan menghasilkan kekuatan ekonomi yang cukup tangguh dalam menghadapi krisis.
“Bisnis UMKM terutama di mikro itu jauh dari episentrum gejolak global, tapi kita memang harus tetap hati-hati. Untuk menjaga pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan, BRI punya 6 strategi yang dirancang sekaligus untuk mengantisipasi tantangan tadi,” ujar Sunarso dalam keterangan tertulis, dikutip pada Minggu (7/8/2022).
Sunarso menjabarkan strategi pertama yang BBRI lakukan adalah fokus pada funding stability dan funding sustainability. Artinya, lanjut Sunarso, BRI fokus kepada dana murah (current account saving account/CASA) berupa giro dan tabungan.
Untuk kinerja semester I/2022, dalam hal penghimpunan DPK (dana pihak ketiga) BRI mencatat tumbuh 3,70 persen menjadi Rp1.136,98 triliun.
Kedua, BRI fokus pada kualitas aset, yakni melalui restrukturisasi terutama kredit UMKM menggunakan kelonggaran relaksasi yang diberikan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Sunarso menyampaikan untuk kinerja secara bank only, persentase kredit yang direstrukturisasi pada semester I/2022 di level 12,18 persen, turun dari periode yang sama tahun lalu di 18,80 persen.
Selain itu, rasio kredit bermasalah atau nonperforming loan (NPL) BBRI secara konsolidasi berada di level 3,26 persen. Sementara rasio NPL coverage BRI mencapai 266,26 persen atau disediakan 2,7 kali cadangan terhadap nilai NPL.
“Angka tersebut meningkat dibandingkan NPL coverage kuartal II tahun lalu sekitar 2,53 kali,” tambahnya.
Ketiga, yaitu selective growth. Dalam hal ini, Sunarso menjelaskan portofolio kredit UMKM BRI tumbuh 9,81 persen, dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp837,82 triliun menjadi Rp920 triliun.
Hal tersebut menjadikan porsi kredit UMKM mencapai 83,27 persen terhadap total portofolio. Adapun, pada 2024 – 2025, porsi kredit UMKM ditargetkan dapat meningkat menjadi 85 persen.
Keempat, optimizing new sources of growth. Emiten bersandi saham BBRI ini mengoptimalkan sinergi di segmen ultra mikro sebagai sumber pertumbuhan baru, salah satunya pada September 2021, BRI membentuk Holding Ultra Mikro (UMi) bersama PT Pegadaian dan PT Permodalan Nasional Madani atau PNM.
“Pegadaian memberikan kontribusi 4,1 persen terhadap aset BRI dan 7,1 persen terhadap total laba BRI. PNM berkontribusi 2,8 persen terhadap aset dan berkontribusi 1,8 persen terhadap total laba BRI. Dari sisi kredit, Pegadaian berkontribusi sebesar 5 persen dan PNM berkontribusi 3,5 persen,” terangnya.
Kelima, penguatan prinsip-prinsip yang berhubungan dengan environmental, social, and governance (ESG).
Hingga Juni 2022, kredit berkelanjutan BRI mencapai Rp657,1 triliun atau setara dengan 65,5 persen dari total portofolio. Dari jumlah tersebut, senilai Rp74,7 triliun disalurkan kepada pembiayaan hijau.
Adapun strategi keenam, yakni untuk mempertahankan pertumbuhan berkelanjutan adalah excellence enablers.
“Strategi ini terus terang kami harus tetap fokus kepada people first dan kemudian kita melakukan transformasi, baik transformasi di digital maupun secara kultural. Enam strategi kami siapkan untuk menjaga sustainability dari kinerja yang sangat baik ini,” tutupnya.