Bisnis.com, JAKARTA - Survei Konsumen Bank Indonesia (BI) mencatat kelompok masyarakat kelas menengah yang berpenghasilan Rp5 juta ke atas per bulan mengurangi proporsi pengeluaran untuk tabungan pada Juli 2022 dibandingkan dengan Juni 2022.
Hal tersebut juga dilakukan oleh masyarakat dengan penghasilan mulai Rp3,1 juta - Rp4 juta per bulan dan Rp4,1 juta - Rp5 juta per bulan. Pada saat yang bersamaan, proporsi pengeluaran untuk cicilan dan pinjaman meningkat.
Berdasarkan Survei Konsumen (SK) yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia rata-rata porsi tabungan terhadap pendapatan di ketiga golongan tersebut menurun dibandingkan Juni 2022.
"Masyarakat berpenghasilan Rp3,1 juta - Rp4 juta per bulan rata-rata porsi tabungan terhadap pendapatan turun dari 17 persen menjadi 16,4 persen Juli 2022," tulis Bank Indonesia seperti dikutip dalam keterangan resmi, Senin (8/8/2022).
Responden berpenghasilan Rp4,1 juta - Rp5 juta per bulan turun dari 18,1 persen menjadi 17,8 persen dan masyarakat berpenghasilan di atas 5 juta ke atas turun dari 19 persen pada Juni 2022 menjadi 17,8 persen per Juli 2022.
Sementara itu, peningkatan porsi tabungan terhadap pendapatan tercatat hanya terjadi pada responden dengan tingkat pengeluaran Rp1 juta – Rp2 juta dan Rp2,1 juta – Rp3 juta per bulan. Masing-masing naik dari 18 persen menjadi 18,1 persen per Juli 2022 dan 16,8 persen menjadi 17,3 persen per Juli 2022.
Untuk nasabah dengan penghasilan Rp5 juta ke atas, dalam survei tersebut juga diketahui bahwa proporsi pengeluaran responden untuk konsumsi menurun dari 70,3 persen pada Juni menjadi 65,8 persen pada Juli 2022.
Pada Juli 2022, responden menambah proporsi pengeluaran untuk cicilan pinjaman. Secara bulanan proporsi pengeluaran untuk pinjaman dan cicilan meningkat dari 10,6 persen menjadi 16,4 persen.
Sekadar informasi, Survei Konsumen merupakan survei bulanan yang dilaksanakan sejak Oktober 1999. Sejak Januari 2007 survei dilaksanakan terhadap kurang lebih 4.600 rumah tangga sebagai responden (stratified random sampling) di 18 kota: Jakarta, Bandung, Bodebek, Semarang, Surabaya, Medan, Makassar, Bandar Lampung, Palembang, Banjarmasin, Padang, Pontianak, Samarinda, Manado, Denpasar, Mataram, Pangkal Pinang, Ambon dan Banten.
Indeks per kota dihitung dengan metode balance score (net balance + 100) yang menunjukkan bahwa jika indeks di atas 100 berarti optimis dan di bawah 100 berarti pesimis.