Bisnis.com, JAKARTA – Wakil Presiden (Wapres) Ma'ruf Amin secara terang-terangan menyatakan pemerintah memiliki wacana PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) mengakuisisi PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. atau BBTN. Hal itu terungkap di sela kunjungan kerja ke Pondok Pesantren Teknologi Riau, Kamis (25/8/2022).
Wapres menjelaskan bahwa BNI diarahkan mengambil BTN konvensional dan kemudian unit usaha syariah (UUS) BTN diambil oleh PT Bank Syariah Indonesia Tbk. atau BRIS.
Hal itu dilakukan untuk mengonsolidasikan bank pelat merah atau himpunan bank milik negara (Himbara) alias BUMN.
"Memang ada rencana tadinya itu kan untuk mempersedikit jumlah bank himbara, sehingga bank BTN itu syariahnya nanti diambil BSI, konvensionalnya diambil BNI, tetapi sekarang itu masih dalam tahap wacana itu," ungkap Ma'ruf.
Jika menilik kinerja sepanjang semester I/2022, emiten bersandi saham BBNI membukukan kenaikan laba bersih sebesar 75,1 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi Rp8,8 triliun.
Laba bersih BBNI tercapai karena fungsi intermediasi terus menguat. Kredit pada semester pertama tahun ini tercatat mencapai Rp620,42 triliun atau naik 8,9 persen yoy.
Baca Juga
Lebih lanjut, penghimpunan dana pihak ketiga atau DPK naik 7,0 persen yoy menjadi Rp691,84 triliun. DPK tersebut didominasi oleh CASA dengan porsi 69,2 persen dari total dana masyarakat yang dihimpun oleh perseroan.
Sementara itu, BBTN belum mempublikasikan kinerja perseroan sepanjang semester I/2022. Namun, dalam 3 bulan pertama di tahun 2022, BBTN mencatatkan total aset sebesar Rp367,51 triliun. Aset yang dimiliki BBTN turun tipis sebesar 1,17 persen, dari sebelumnya bernilai Rp371,86 triliun.
Terkait laba, BBTN mampu meraup laba bersih tahun berjalan sebesar Rp774,42 miliar pada kuartal I/2022, naik 23,89 persen dibandingkan periode yang sama pada 2021.
Kenaikan laba bersih emiten bank dengan kode saham BBTN ini ditopang oleh pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) yang tumbuh 28,8 persen menjadi Rp3,57 triliun. Dari sisi margin bunga bersih atau net interest margin (NIM) tercatat mengalami peningkatan dari 3,31 persen menjadi 4,29 persen.