Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Akhir 2022, Bos BSI (BRIS) Incar Laba Naik 35 Persen

Ada sejumlah faktor yang akan mendorong BSI dalam meraup laba bersih 2022. Simak caranya.
Bank Syariah Indonesia (BSI) melakukan langkah agresif dalam mendorong pertumbuhan pembiayaan otomotif/Istimewa
Bank Syariah Indonesia (BSI) melakukan langkah agresif dalam mendorong pertumbuhan pembiayaan otomotif/Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - Direktur Utama PT Bank Syariah Indonesia Tbk. Hery Gunardi memproyeksikan laba bersih perseroan dapat tumbuh mencapai 30 – 35 persen secara year-on-year (yoy) pada tahun ini.

Menurutnya, ada sejumlah faktor yang akan mendorong pencapaian tersebut. Pertama, raihan laba BSI sepanjang tahun ini bakal ditopang oleh kinerja margin aset serta akselerasi pembiayaan secara sehat dan berkelanjutan.

“Jadi pendapatan kami datangnya dari margin aset dan sudah barang tentu dari ekspansi pembiayaan yang sehat dan sustain dengan pertumbuhan, yang kami canangkan di atas 12 persen itu, akan kami capai,” ujarnya dalam konferensi pers, Kamis (25/8/2022).

Hery memaparkan bahwa faktor berikutnya adalah perbaikan kualitas pembiayaan sehingga rasio pembiayaan bermasalah atau non-performing finance (NPF) diperkirakan turun hingga 2,75 persen yoy.

Dari sisi liabilitas, Hery mengatakan emiten bank berkode saham BRIS tersebut akan fokus mendapatkan dana murah (current account saving account/CASA) melalui tabungan wadiah. Ini merupakan salah satu inisiatif yang bakal dilakukan perseroan ke depan.

“Rasio CASA BSI sekarang sudah mencapai sekitar 60 persen dan ini yang tertinggi dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya. Mudah-mudahan kami tetap bisa meningkatkan terus rasio CASA ini,” tuturnya.

Faktor berikutnya yang akan mendorong pertumbuhan laba BSI tahun ini adalah pendapatan berbasis komisi atau fee based income (FBI), di antaranya melalui optimalisasi bisnis digital. Hery mengatakan FBI juga datang dari transaksi treasury yang berasal dari jual beli surat berharga.

Selain itu, pemulihan dari pembiayaan juga bakal didorong oleh perseroan. Hery mengatakan portofolio kredit bermasalah yang sudah dihapus buku atau write-off, baik yang berada di neraca balance sheet maupun non-balance sheet akan terus dilakukan perseroan.

“Sehingga diharapkan hingga akhir 2022 nanti total fee based income kami bisa tumbuh di atas 20 persen. Jadi itu target laba kami dan beberapa faktor pendorongnya,” kata Hery.

Sampai dengan semester I/2022, BSI meraup laba bersih senilai Rp2,13 triliun atau tumbuh 41,31 persen yoy. Kenaikan ini ditopang oleh kinerja pembiayaan yang naik sebesar 18,55 persen yoy menjadi Rp191,29 triliun dengan NPF Nett mencapai 0,74 persen.

Sementara itu, kinerja solid dan sehat juga ditunjukan dari pertumbuhan aset sebesar 12,46 persen yoy menjadi Rp277,34 triliun. BSI juga terus meningkatkan efektivitas dan efisiensi biaya dengan membaiknya biaya operasional (BOPO) menjadi 74,50 persen.

Penempatan dana pihak ketiga (DPK) juga tumbuh positif sebesar 13,07 persen yoy menjadi Rp244,66 triliun. Tabungan wadiah menjadi salah satu produk yang diminati masyarakat karena bebas biaya administrasi bulanan, dengan ditunjang fasilitas e-banking

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper