Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kenaikan Suku Bunga Acuan Jadi Tantangan Bank Syariah 

Dalam dua bulan terakhir, Bank Indonesia telah menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 basis poin (bps) sehingga akan memengaruhi kinerja bank syariah.
Nasabah melakukan transaksi di kantor cabang Bank BCA Syariah di Jakarta. Bisnis/Abdullah Azzam
Nasabah melakukan transaksi di kantor cabang Bank BCA Syariah di Jakarta. Bisnis/Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA — Kondisi ekonomi global yang berimbas pada kenaikkan suku bunga acuan Bank Indonesia menjadi tantangan bagi industri perbankan syariah pada sisa 2022. Kendati demikian, hingga triwulan ketiga tahun ini, sejumlah bank tetap berhasil menjaga pertumbuhan. 

Direktur PT Bank BCA Syariah Pranata mengatakan per September 2022 perseroan memiliki aset sebesar Rp11,3 triliun, tumbuh 16 persen secara tahunan (year-on-year/yoy). Sementara itu dari sisi pembiayaan, BCA Syariah mencatat pembiayaan sebesar Rp7,4 triliun, tumbuh 26 persen yoy. 

Dari sisi total dana pihak ketiga, pada kuartal III/2022 BCA Syariah berhasil menghimpun DPK sekitar Rp8,2 triliun dengan pertumbuhan 21 persen yoy dan untuk laba sebelum pajak, perusahaan mencatat Rp97 miliar atau tumbuh sebesar 49,7 persen yoy. 

“Fokus pertama kami adalah pembiayaan konsumer terutama untuk KPR dan murabahah emas, kemudian juga dari sektor komersial itu tumbuhnya cukup bagus,” kata Pranata kepada Bisnis pada sela-sela acara Business and Financing Deals di Jakarta, Kamis (6/10/2022). 

Adapun mengenai tantangan pada sisa 2022, menurut Pranata, kenaikkan suku bunga acuan akibat kondisi global melahirkan ekspektasi di deposan yang ingin adanya kenaikkan imbal hasil. Hal ini menjadi tantangan bagi perbankan. 

BCA Syariah menyikapi hal tersebut dengan lebih berhati-hati dalam menyalurkan pembiayaan syariah, dengan margin atau suku bunga dalam skema bank konvensional, yang belum terjadi banyak perubahan. “Kami masih wait and see,” kata Pranata. 

Sebagaimana diketahui, pada September 2022, Bank Indonesia agresif menaikkan suku bunga acuan. Bank sentral memutuskan melakukan penyesuaian sebesar 50 basis poin (bps), sehingga dalam dua bulan terakhir suku bunga acuan telah naik 75 bps menjadi 4,25 persen.

Sementara itu, Direktur Utama PT Bank Muamalat Indonesia Tbk. Achmad K. Permana mengatakan pertumbuhan perusahaan pada kuartal III/2022 masih berjalan sesuai dengan rencana. 

Bank Muamalat terus berupaya meningkatkan pembiayaan sebesar Rp3,2 triliun. Pembiayaan tersebut rencananya proporsional berasal dari sektor korporasi dan sektor ritel. Akan tetapi Permana tidak menyebutkan pencapaian Bank Muamalat Indonesia pada kuartal III/2022. 

Dia tidak menampik kenaikan suku bunga acuan menjadi salah satu tantangan bagi perseroan. Bank Muamalat menjadi lebih berhati-hati dalam menyalurkan pembiayaan.

Kendati demikian, perseroan berharap hingga akhir tahun masih dapat mengejar target, tidak hanya pembiayaan, tetapi juga recovery yang saat ini juga sedang menjadi fokus perusahaan. 

“Pembiayaan memang sedikit menantang, tetapi insya allah akhir tahun kami bisa close, meet target. Paramater lainnya seperti NPF, CASA rasio dan sebagainya insya allah kami on the track,” kata Permana.

Optimistis tersebut terbangun, kata Permana, karena perusahaan saat ini sudah bekerja sama dengan PT Perusahaan Pengelola Aset dan lembaga hukum lainnya. 

Dalam acara tersebut, Bisnis juga bertemu dengan Finance Director PT Bank Aladin Syariah Tbk. (BANK) Mayang Ekaputri, sayanganya Mayang belum bersedia memberitahu mengenai pencapaian perseroan pada kuartal III/2022, termasuk perihal rencana pemenuhan modal inti Rp3 triliun yang kurang dari 3 bulan lagi.

Sekadar informasi, total aset yang dibukukan Bank Aladin pada kuartal II/2022 sebesar Rp2,79 triliun, tumbuh 28,57 persen dibandingkan dengan Desember 2021 yang besar Rp2,17 triliun. Kendati demikian, dana investasi nonprofrit sharing yang dibukukan pada periode kuartal II/2022 dibandingkan dengan Desember 2021, turun 29,47 persen menjadi Rp732 miliar. 

Bank Aladin mencatatkan rugi pada kuartal II/2022 sebesar Rp80,77 miliar, lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp3,13 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Leo Dwi Jatmiko
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper