Bisnis.com, JAKARTA - Perusahaan pembiayaan ultra mikro pelat merah PT Permodalan Nasional Madani (PNM) mencatatkan penyaluran pembiayaan menembus Rp46,24 triliun buat kedua programnya.
Kinerja per September 2022 ini tercatat tumbuh 32,11 persen (year-on-year/yoy) ketimbang periode sama tahun lalu senilai Rp35 triliun. Akan tetapi, pertumbuhan terdorong program Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera (Mekaar) dengan porsi Rp45,44 triliun yang tumbuh 36,24 persen secara tahunan.
Sebaliknya, program Unit Layanan Modal Mikro (ULaMM) yang merupakan program lanjutan untuk nasabah Mekaar yang naik kelas, tercatat mengalami perlambatan 51,48 persen yoy, dari Rp1,65 triliun per September 2021 menjadi hanya Rp801 miliar per September 2022.
Direktur Utama PNM Arief Mulyadi menjelaskan strategi lebih fokus terhadap program Mekaar merupakan upaya menjalankan mandat Presiden Joko Widodo yang menargetkan PNM Mekaar bisa tembus 20 juta nasabah pada periode 2024.
"Maka dari itu, saat ini kami fokus untuk terus memperluas cakupan layanan. Jumlah kantor PNM Mekaar saat ini sudah naik 17 persen [yoy] dari 2.985 kantor cabang menjadi 3.506 kantor cabang per September. Jumlah kantor PNM ULaMM pun sebenarnya tetap kami tingkatkan walaupun tipis, dari 690 kantor cabang menjadi 704 kantor cabang per September," ujarnya kepada Bisnis, Sabtu (8/10/2022).
Selain itu, saat ini PNM telah menjadi bagian dari ekosistem Holding BUMN Ultra Mikro bersama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI). Sehingga cakupan layanan PNM yang telah mencapai 34 Provinsi, 443 Kabupaten/Kota, dan 5.640 Kecamatan, difokuskan untuk nasabah ultra mikro yang belum naik kelas.
Jumlah nasabah PNM Mekaar saat ini telah menembus 12,8 juta nasabah, naik 22 persen yoy ketimbang periode sama tahun lalu di 10,5 juta nasabah. Sementara nasabah ULaMM tercatat turun 5,9 persen yoy, dari 83.234 nasabah menjadi 78.335 nasabah per September 2022.
Adapun, nilai outstanding tersisa per September 2022, untuk Mekaar naik 42 persen yoy menjadi Rp33,89 triliun, sementara untuk ULaMM turun 19 persen yoy menjadi Rp5,47 triliun. Tingkat kredit macet konsolidasi masih terjaga di 0,58 persen saja, turun ketimbang tahun lalu di level 0,66 persen.
Ke depan, Arief masih optimistis bahwa kinerja masih akan terus meningkat dengan kualitas pinjaman yang juga masih terjaga, kendati akan ada tantangan akibat gejolak perekonomian nasional.
"Saya meyakini nasabah PNM tidak akan terlalu terpengaruh oleh gejolak perekonomian ke depan, walaupun ada tantangan dari inflasi, kenaikan harga-harga kebutuhan pokok. Tapi kalau dari sisi bisnis para nasabah, pengaruhnya sangat kecil, karena ruang lingkup usaha mereka hanya lokal, jarang sekali yang harus impor buat beli bahan baku," tambahnya.