Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia (BI) memprediksi bahwa kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) tetap sehat di tengah keputusan menaikkan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR). Penopang NPI terutama masih kuatnya kinerja ekspor non migas.
Neraca pembayaran adalah catatan seluruh transaksi ekonomi antara penduduk Indonesia dengan bukan penduduk pada suatu periode tertentu. Terdapat lima komponen neraca pembayaran yakni neraca transaksi berjalan, neraca modal, neraca finansial, selisih perhitungan bersih, dan lalu lintas moneter
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyampaikan, transaksi berjalan diperkirakan kembali mencatat surplus di kuartal III/2022, melanjutkan capaian kuartal sebelumnya yang didorong oleh surplus neraca perdagangan Indonesia sebesar US$14,9 miliar.
Meski demikian, dia mengakui terdapat tekanan dari sisi arus modal asing meningkat. Terutama akibat tingginya ketidakpastian di pasar keuangan global.
“Investasi portofolio mencatat net outflow atau aliran modal keluar sebesar US$21,1 miliar pada triwulan III/2022 ini,” kata Perry dalam Pengumuman hasil RDG Oktober 2022, Kamis (20/10/2022).
Posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir September 2022 juga tetap tinggi yakni US$ 130,8 miliar, setara dengan pembiayaan 5,9 bulan impor.
Di tengah ketidakpastian di pasar keuangan global yang masih cukup tinggi, BI memperkirakan kinerja neraca pembayaran Indonesia pada 2022 tetap terjaga dengan surplus transaksi berjalan dalam kisaran 0,4-1,2 persen dari PDB dan kinerja neraca transaksi modal dan finansial yang tetap baik terutama dalam bentuk penanaman modal asing.
“Kinerja neraca pembayaran Indonesia pada 2023 tetap baik ditopang oleh neraca transaksi berjalan dan neraca transaksi modal dan finansial yang tetap solid di tengah berlanjutnya ketidakpastian pasar keuangan global,” ungkapnya.
Hari ini, Bank Indonesia kembali menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin (bps) menjadi menjadi 4,75 persen untuk periode Oktober 2022. Posisi ini merupakan yang tertinggi sejak Maret 2020.
"Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 19 dan 20 Oktober 2022 memutuskan untuk menaikkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 50 bps menjadi 4,75 persen," kata Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam Pengumuman Hasil RDG BI hari ini, Kamis (20/10/2022).
Dengan keputusan ini, BI menetapkan suku bunga Deposit Facility sebesar 50 basis poin menjadi 4 persen dan suku bunga Lending Facility menjadi 5,5 persen.
Keputusan ini diambil sebagai langkah front loaded dan forward looking untuk menurunkan ekspektasi inflasi yang saat ini overshooting dan memastikan inflasi inti kembali ke sasaran 2-4 persen pada paruh pertama tahun 2023.
Ini merupakan ketiga kalinya BI mengerek BI7DRR sejak pandemi Covid-19. Adapun dalam RDG sebelumnya atau September 2022, BI memutuskan untuk menaikan suku bunga acuan 50 bps dari 3,75 persen menjadi 4,25 persen. Pada Juli 2022, BI juga menaikkan suku bunga acuan 25 bps dari 3,5 bps.
Sejumlah ekonom dan pengamat telah memprediksi BI kembali menaikan suku bunga acuan 50 bps pada bulan ini menjadi 4 persen. Hal ini seiring dengan perkiraan kenaikan inflasi dan juga depresiasi nilai rupiah terhadap dolar AS.