Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Belum Berakhir! Ekonom Bank Singapura Ramal BI Masih Agresif Kerek Bunga Acuan BI7DRR

Bank Indonesia (BI) diramal masih akan menaikkan suku bunga acuan BI-7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) hingga akhir 2022.
Ilustrasi - Nasabah sedang antre di ATM DBS Bank/Bloomberg.com
Ilustrasi - Nasabah sedang antre di ATM DBS Bank/Bloomberg.com

Bisnis.com, JAKARTA — Bank Indonesia (BI) diperkirakan masih akan mengambil kebijakan pengetatan moneter yang agresif hingga akhir tahun. Salah satu kebijakan yang terlihat agresif dilakukan adalah menaikkan suku bunga acuan BI-7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRR). 

Pekan lalu, BI kembali menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin menjadi 4,75 persen. Langkah ini merupakan yang ketiga sepanjang semester II/2022. Awalnya, Bank Indonesia menetapkan BI7DRR sebesar 3,75 persen atau naik 0,25 persen pada Agustus lalu. Selanjutnya suku bunga kembali naik ke level 4,25 persen pada September 2022. 

Ekonom Senior DBS Bank untuk Eurozone, India, dan Indonesia, Radhika Rao, menyampaikan bahwa laju inflasi yang diperkirakan tinggi menjadi kekhawatiran bagi perekonomian di dalam negeri.

DBS semula bernama The Development Bank of Singapore Limited. Raksasa keuangan di bawah pemerintah Singapura itu kemudian bersalin nama sejak 2003. Perusahaan ini beroperasi di 18 pasar keuangan dunia dengan kantor pusat di Singapura. Bisnis utama perusahaan tersebat di China, Asia Tenggara, dan Asia Selatan

BI berpandangan laju inflasi akan lebih ringan, yaitu mencapai tingkat 6,3 persen pada akhir 2022, dibandingkan dari perkiraan sebelumnya pada tingkat 6,6 persen. Menurutnya Bank Indonesia juga telah memangkas proyeksi inflasi inti menjadi 4,3 persen pada 2022 dan diperkirakan akan kembali ke sasaran target 2–4 persen pada semester pertama 2023, lebih cepat dari perkiraan awal yaitu pada kuartal ketiga 2023.

Radhika menilai, pembuat kebijakan menghadapi ketidakpastian yang lebih besar terkait rupiah di tengah arus penguatan dolar, tekanan arus modal asing, dan gejolak di pasar global. 

“Pelemahan mata uang juga menambah tekanan  terhadap harga dan melemahkan upaya bank sentral mengendalikan inflasi sehingga upaya menstabilkan mata uang menjadi hal mendesak,” katanya dalam keterangan resmi, Senin (24/10/2022).

Kondisi ini dengan pasar yang memprediksi kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral AS sebesar 75 basis poin pada November dan beberapa kenaikan lagi setelah itu, mata uang Asia, termasuk rupiah, kemungkinan tetap akan berada di bawah tekanan.

Dengan berbagai kondisi tersebut, BI diperkirakan masih akan menaikkan suku bunga acuan hingga 75 basis poin hingga ke level 5,5 persen hingga akhir 2022.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Maria Elena
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper