Bisnis.com, JAKARTA – Kepesertaan aktif Badan Penyelenggara Jaminan Sosial atau BPJS Ketenagakerjaan mencapai 35.684.564 jiwa per September 2022. Jumlah ini ditargetkan dua kali lipat menjadi 70 juta pekerja Indonesia pada 2026.
Deputi Direktur Bidang KSI BPJS Ketenagakerjaan Muhyidin mengatakan saat ini realisasi peserta terus meningkat di semua segmen yakni penerima upah, pekerja migran Indonesia, bukan penerima upah, dan jasa konstruksi.
Muhyidin merincikan, peningkatan kepesertaan dari segmen penerima upah mengalami tren yang cukup bagus di tahun 2017 hingga 2019. Namun, pada 2020, mengalami penurunan yang cukup tajam karena adanya dampak pandemi di seluruh segmen, kecuali segmen non-ASN dengan kepesertaan aktif tumbuh 3.132.798 jiwa.
“Pada 2021 [segmen penerima upah] kembali membaik sampai dengan September 2022 mencapai 17.973.673. Mudah-mudahan ini bisa terus kita jaga sehingga peserta penerima upah di luar non-ASN bisa terus meningkat,” kata Muhyidin dalam webinar Dewas Menyapa Indonesia bertajuk ‘Strategi Pengawasan & Monitoring atas Optimalisasi Perluasan Cakupan Kepesertaan di Era Digital Marketing’, Selasa (25/10/2022).
Selanjutnya, kepesertaan aktif untuk segmen non-ASN juga menunjukkan tren positif, di mana pada 2017 peserta pada segmen ini baru mencapai 368.225 jiwa dan kini sudah mencapai 3.889.075 yang sudah terlindungi dengan program BPJS Ketenagakerjaan pada September 2022.
Setali tiga uang, pekerja migran Indonesia (PMI) mengalami peningkatan dari 99.800 pada 2017 menjadi 262.999 pada September 2022. Jika dilihat secara detil, segmen ini sempat menyentuh angka kepesertaan aktif 544.500 jiwa pada 2019, namun menyusut menjadi 376.601 pada 2020 lantaran adanya pandemi Covid-19.
Baca Juga
Perkembangan positif lainnya juga dirasakan pada segmen peserta bukan penerima upah yang mencapai 4.646.531 jiwa terlindungi BPJS Ketenagakerjaan. Sementara itu, segmen jasa konstruksi juga telah mencapai 8.912.286 jiwa.
Mahyudin menyebutkan, update peserta juga bertambah dimana per 23 Oktober 2022, kepesertaan aktif penerima upah telah mencapai 22.268.272, diikuti dengan 276.015 PMI, 4.724.114 bukan penerima upah, dan 8.870.604 jiwa dari jasa konstruksi. Alhasil, total kepesertaan aktif yang telah terlindungi program BPJS Ketenagakerjaan mencapai 36.139.005 jiwa.
Berdasarkan potensi yang eligible sesuai data BPS, Muhyidin menerangkan bahwa pada posisi 30 September 2022, jumlah tenaga kerja Indonesia mencapai 96,4 juta.
Dari total peserta BPJS Ketenagakerjaan, sebanyak 40,9 juta berasal dari segmen penerima upah yang terdiri dari 3,9 juta non-ASN dan 263.000 pekerja migran Indonesia. Lalu, 5,4 juta peserta dari segmen bukan penerima upah dan 8,9 juta peserta dari segmen jasa konstruksi.
Di sisi lain, BPJS Ketenagakerjaan ditugaskan untuk mencapai target coverage kepesertaan pada 2026 sebesar 65 persen atau 70 juta pekerja Indonesia. Target yang dibidik ini naik 2 kali lipat dibanding tahun 2022.
“PR beratnya adalah bagaimana seluruh masyarakat pekerja terlindungi dalam program BPJS Ketenagakerjaan. Kita diberikan mandat oleh pemerintah, ada peta jalannya harus kita selesaikan sampai dengan tahun 2026, di mana dari angka potensi angkatan kerja ada 96 juta,” ungkapnya.