Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Strategi Bank Neo Commerce (BBYB) Hadapi Era Suku Bunga Tinggi

Begini strategi Bank Neo Commerce (BBYB) untuk menghadapi era suku bunga tinggi. Simak ulasannya.
Karyawan melayani nasabah di Digital Lounge PT Bank Neo Commerce Tbk. (BBYB) di Jakarta, Selasa (27/9/2022). Bisnis/Suselo Jati
Karyawan melayani nasabah di Digital Lounge PT Bank Neo Commerce Tbk. (BBYB) di Jakarta, Selasa (27/9/2022). Bisnis/Suselo Jati

Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Neo Commerce Tbk. (BBYB) berencana menaikan suku bunga kredit dan simpanan seiring dengan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI). Bank Neo Commerce juga tengah menyiapkan strategi agar kinerja bisnis bank digital tak terganggu.

Diketahui, Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada 19 – 20 Oktober 2022 telah memutuskan untuk menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 4,75 persen. Keputusan ini mengikuti kenaikan suku bunga acuan dalam dua bulan sebelumnya yang naik sebesar 75 bps.

Direktur Utama Bank Neo Commerce Tjandra Gunawan mengatakan kenaikan suku bunga acuan dari BI merupakan salah satu faktor yang dapat menjadi pertimbangan dalam melakukan penyesuaian bunga kredit dan simpanan.

"Saat ini, kami sedang dalam proses analisa yang mendalam dalam penyesuaian suku bunga acuan itu," kata Tjandra kepada Bisnis pada Kamis (27/10/2022).

Penyesuaian dilakukan agar kinerja Bank Neo Commerce tidak terganggu oleh kenaikan suku bunga acuan BI. Dia menilai Bank Neo Commerce masih menjadi salah satu bank komersial dan digital yang memberikan suku bunga tabungan dan deposito terbaik di pasar.

Bank Neo Commerce juga telah menyiapkan sejumlah strategi dalam menjaga kinerja bisnis. Misalnya, perseroan menerapkan tata kelola manajemen keuangan yang terukur dan prudent di setiap langkah operasional bisnis.

Di sisi lain, perseroan aktif memperkenalkan berbagai produk keuangan anyar yang sudah dapat dinikmati masyarakat, seperti Neo Emas untuk memfasilitasi investasi emas, dan fitur tabungan berjangka atau Neo Wish.

Bank Neo Commerce juga meluncurkan layanan Corporate Internet Banking untuk melengkapi service yang dapat ditawarkan ke nasabah-nasabah korporasi.

"Dengan semakin lengkapnya layanan yang ditawarkan, kami yakin dapat menjaga kinerja kami sampai dengan akhir tahun ini," ujarnya.

Kinerja BBYB

Meski begitu, hingga kuartal III/2022, emiten berkode BBYB ini mencatatkan rugi bersih Rp601,2 miliar atau naik 127 persen secara tahunan (year on year/yoy).

Rugi bersih yang dibukukan perseroan disebabkan oleh beban operasional yang mencapai Rp595,95 miliar atau naik 125 persen secara tahunan. Rugi ini didorong oleh melonjaknya kerugian penurunan nilai aset keuangan (impairment), dari posisi Rp29,91 miliar pada akhir September tahun lalu menjadi Rp652,97 miliar pada September 2022.

Sementara itu, beban tenaga kerja yang harus ditanggung BBYB juga meningkat 64 persen secara tahunan, diikuti dengan beban promosi yang membengkak 113 persen yoy. Adapun beban lainnya naik 198 persen yoy menjadi Rp891,2 miliar.

Dari pos ini, pendapatan berbasis komisi atau fee based income (FBI) naik 342,03 persen secara tahunan menjadi Rp254,14 miliar, diikuti dengan peningkatan pendapatan lainnya yang melonjak dari Rp2,1 miliar menuju Rp71,85 miliar pada kuartal III/2022.

Meski rugi, BBYB tercatat mampu meningkatkan pendapatan bunga bersih secara signifikan pada kuartal III/2022. BBYB membukukan pendapatan bunga bersih atau net interest income (NII) sebesar Rp1,08 triliun. Perolehan ini melesat 351 persen secara tahunan.

Capaian tersebut ditopang oleh pendapatan bunga yang melejit 221 persen yoy menjadi Rp1,58 triliun. Peningkatan signifikan ini mampu menutupi kenaikan beban bunga yang juga meningkat 96 persen yoy menuju angka Rp493,24 miliar.

Pendapatan bunga tersebut ditopang oleh penyaluran kredit yang mencapai Rp8,9 triliun per kuartal III/2022, naik 131,77 persen yoy. Rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) baik secara gross maupun net terjaga di level 1,88 persen serta 1,69 persen.

Adapunm aset bank digital tersebut mencapai Rp15,9 triliun, naik 98,75 persen yoy. Dana pihak ketiga (DPK) ikut meningkat sebesar 88,9 persen pada September 2022 menjadi Rp12,6 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper