Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kredit Bank Jago (ARTO) dan Allo Bank (BBHI) Melesat, Hati-Hati Kredit Macet

Kinerja kredit Bank Jago (ARTO) naik 118 persen yoy, sedangkan Allo Bank (BBHI) naik 247 persen yoy.
Nasabah berada di kantor cabang Bank Jago, Jakarta, Rabu (22/12/2021). /Bisnis-Abdurachman
Nasabah berada di kantor cabang Bank Jago, Jakarta, Rabu (22/12/2021). /Bisnis-Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA — Selain mencetak laba pada kuartal III/2022, dua bank digital yakni PT Bank Jago Tbk. (ARTO) dan PT Allo Bank Indonesia Tbk. (BBHI) juga membukukan pertumbuhan kredit yang melesat. Akan tetapi, pengamat mengingatkan agar bank digital berhati-hati dalam menjaga kualitas kredit.

Berdasarkan laporan keuangan, mesin kredit Bank Jago per September 2022 berkerja dengan keras. Penyaluran dana secara konvensional dan syariah naik 119 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi Rp8,16 triliun.

Kredit yang disalurkan Allo Bank hingga kuartal III/2022 juga melesat. Bank digital di dalam ekosistem CT Corp ini mencatatkan penyaluran kredit Rp7,15 triliun, melejit 247 persen secara tahunan.

Meski begitu, Direktur Eksekutif Segara Institute Piter Abdullah mengatakan akan banyak tantangan bagi bank digital ke depannya. "Penyaluran kredit yang agresif harus diimbangi dengan pengawasan yang ketat agar tidak memicu melonjaknya rasio kredit bermasalah (nonperforming loan/NPL) di waktu mendatang," katanya kepada Bisnis pada Senin (31/10/2022).

Berkaca pada laporan keuangan kuartal III/2022, Bank Jago misalnya mencatatkan kenaikan NPL gross dari 0,59 persen pada kuartal III/2021 menjadi 2,10 persen pada kuartal III/2022. Begitu juga dengan NPL net Bank Jago yang naik dari 0,14 per September 2021 menjadi 0,95 persen per kuartal III/2022.

Sementara itu, BBHI pada September 2022 melaporkan rasio NPL gross 0,00 persen, ditekan dari periode yang sama sebelumnya, 2,18 persen. 

"Ancaman NPL akan lebih besar ketika suku bunga terdorong naik," kata Piter.

Selain itu, bank digital mempunyai pekerjaan rumah dalam meningkatkan dana pihak ketiga (DPK) agar likuiditas terjaga sehat. Dengan begitu, fungsi intermediasi bank digital menjadi terkendali dan bank digital tidak hanya mengandalkan modal yang besar dalam menyalurkan kredit.

Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Amin Nurdin juga mengatakan, rasio kredit bermasalah akan menjadi tantangan bagi bank digital pada tahun depan. "Dalam menghadapi resesi tahun depan, bank digital mesti mempertimbangkan kualitas kredit. Mereka harus selektif dan melakukan review menggunakan alat analisis mereka serta antisipasi keadaan," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper