Bisnis.com, JAKARTA — Ancaman resesi global pada tahun depan membuat sejumlah pelaku usaha memilih untuk wait and see dan lebih berhati-hati dalam melakukan kegiatan bisnis nya, khususnya fintech. Namun fintech masih akan survive apabila sejumlah strategi ini diterapkan.
Chief Executive Officer BNI Ventures Eddi Danusaputro mengatakan, dalam menghadapi kondisi ekonomi pada tahun depan, pelaku usaha fintech harus bisa mengelola cash flow dan melakukan efisiensi apabila ingin survive. Pasalnya, fintech saat ini pun dinilai tidak seramai dulu.
“Strategi yang bisa dilakukan oleh pelaku usaha fintech, mereka harus bisa mengelola cash flow dan melakukan efesisensi, sehingga bisnis mereka bisa bertahan dan berlangsung lama. Paling penting adalah mereka harus survive di tengah kondisi ekonomi saat ini,” ujar dia dalam konferensi pers, Kamis (10/11).
Eddi pun menilai saat ini investor sudah lebih selektif untuk melakukan pendanaan khususnya di industri fintech. Meskipun demikian industri ini masih akan tetap menarik seiring dengan masyarakat yang masih membutuhkan layanan pembiayaan dari fintech.
Sebelumnya, Ketua Umum Asosiasi Fintech Indonesia (AFTECH) Pandu Sjahrir menyampaikan bahwa industri fintech masih akan tetap menarik pada tahun 2023 yang tercermin dari antusiasme para pelaku usaha industri ini, tentunya dibarengi dengan inovasi yang terus berkembang.
Menurut Pandu, adanya peraturan atau regulasi seperti Rancangan Undang-Undang tentang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (RUU P2SK) alias omnibus law keuangan serta regulasi mengenai keamanan siber semakin memperkuat keberadaan industri fintech di Indonesia.
Baca Juga
Meskipun demikian, industri fintech dinilai juga masih dibayangi oleh pendanaan. Menurut dia, pendanaan global pada 2023 akan sangat sulit. “2023 - 2024 banyak ketidakpastian, makanya buat para pemain perlu untuk menjaga efisiensi dan mencapai profitabilitas,” ujar Pandu. (223)