Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bos ADMF: Sebelum Bunga Naik, Buruan Ambil Kredit Kendaraan

Segelintir pemain multifinance, termasuk ADMF, masih berupaya memberikan bunga yang kompetitif kepada nasabah di tengah era kenaikan suku bunga acuan. Kenapa?
Suasana Indonesia International Motor Show (IIMS) Hybrid 2022 di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Kamis (31/3/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha
Suasana Indonesia International Motor Show (IIMS) Hybrid 2022 di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Kamis (31/3/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Emiten sektor pembiayaan PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk. (ADMF) mengungkap peluang dan tantangan bisnis kredit kendaraan jelang 2023, baik untuk segmen mobil baru maupun sepeda motor baru.

Direktur Utama Adira Finance I Dewa Made Susila menjelaskan bahwa bagi pemain industri multifinance, peningkatan biaya dana alias cost of fund akibat kenaikan suku bunga acuan merupakan tantangan paling signifikan memasuki tahun depan.

"Biaya dana itu tergantung dari pinjaman bank, penerbitan obligasi, dan pinjaman luar negeri, dan saat ini semuanya cukup mahal. Jadi, sekarang cepat-cepat [ambil] kredit, karena multifinance belum menaikkan bunga," ujarnya sembari bercanda ketika menjadi pembicara dalam diskusi 'Mendorong Pertumbuhan Kredit di Tengah Ancaman Resesi dan Dinamika Politik', Kamis (10/11/2022).

Menurut Made, alasan pemain multifinance belum berani mengerek bunga di tengah tren peningkatan biaya dana, terutama karena masih ingin mempertahankan momentum pemulihan minat masyarakat akan kredit kendaraan.

Terlebih, saat ini besaran aset piutang pembiayaan industri multifinance belum kembali seperti era normal sebelum pandemi Covid-19. Krisis akibat pandemi kala itu membuat aset piutang pembiayaan industri anjlok hampir sepertiga dari total.

Sebagai gambaran, berdasarkan statistik Otoritas Jasa Keuangan (OJK), outstanding kotor industri multifinance sebelum pandemi sanggup mencapai Rp472,85 triliun. Kemudian, titik terendah di masa pandemi terjadi pada medio Agustus 2021 senilai Rp358,78 triliun.

Oleh sebab itu, sampai saat ini para pemain multifinance, termasuk Adira Finance, cenderung memilih strategi tetap memberikan penawaran yang kompetitif, walaupun margin keuntungan akan sedikit menipis.

"Kenaikan bunga yang terlalu mahal, buat segmen kredit mobil itu berimbas pada turunnya permintaan. Sementara buat kredit motor, pricing yang memberatkan akan meningkatkan potensi NPF [non-performing financing]. Jadi tahun depan kemungkinan pricing multifinance akan sedikit naik, namun tetap dijaga agar tidak mengganggu permintaan dan kualitas portofolio," tambahnya.

Adapun, dari sisi peluang jelang 2023, Made melihat pemulihan bisnis pembiayaan masih akan berlanjut, seiring optimisme dari para pemain industri kendaraan bermotor dan geliat aktivitas perekonomian di luar Pulau Jawa.

"Setahun belakangan, industri multifinance mendapatkan positive surprise atas multiplier effect kenaikan harga komoditas, membuat permintaan kredit dari debitur di wilayah Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan sangat bagus. Sebaliknya, Pulau Jawa justru kurang, karena aktivitas perekonomian banyak bergantung pada government spending," jelasnya.

Sejalan dengan peluang tersebut, pembiayaan Adira Finance sampai kuartal III/2022 pun masih dalam tren bertumbuh, ditopang produk pembiayaan kendaraan baru. Tepatnya, mencapai Rp21,9 triliun per September 2022 atau naik 21 persen (year-on-year/yoy) ketimbang periode sama tahun lalu di Rp18 triliun.

Porsi berdasarkan objek pembiayaan terbesar per September 2022, terbagi untuk motor baru sebesar 30 persen, mobil baru 28 persen, dan mobil bekas 16 persen. Sebagai perbandingan, per September 2021 porsinya terbagi motor baru sebesar 37 persen, mobil baru 25 persen, dan mobil bekas 15 persen.

Selain itu, seiring pertumbuhan pembiayaan baru, piutang kelolaan ADMF pun tumbuh 5 persen yoy menjadi Rp40,6 triliun per September 2022 dari Rp38,8 triliun per September 2021. Sebagai perbandingan, sebelum pandemi Covid-19, piutang kelolaan ADMF bisa menembus Rp53,4 triliun.

Berdasarkan objek piutang terbesar per September 2022, terbagi untuk motor baru sebesar 28 persen, mobil baru 36 persen, dan mobil bekas 16 persen. Adapun, per September 2021 porsinya terbagi motor baru sebesar 31 persen, mobil baru 35 persen, dan mobil bekas 17 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Aziz Rahardyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper