Bisnis.com, JAKARTA - Peningkatan modal inti yang didapatkan bank dari sejumlah aksi korporasi berpeluang membuat profitabilitas bank menjadi meningkat. Kredit bank dapat dipacu lewat dukungan modal yang kuat.
Direktur Eksekutif Segara Institut Piter Abdullah mengatakan peran permodalan bagi bank sangatlah besar. Bank sulit untuk berkembang apabila tidak memiliki modal yang cukup, termasuk dalam meningkatkan profitabilitas.
Oleh sebab itu, lanjutnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mendorong bank-bank kecil untuk menaikkan modal inti mereka.
“Hal ini sudah terjadi selama belasan tahun di Indonesia. Perbankan kita makin tersegmentasi dengan perbedaan yang besar dan menyulitkan otoritas dalam mengatur mengawasi,” kata Piter, Jumat (11/11/2022).
Piter menambahkan seandainya modal yang dimiliki suatu bank relatif kecil, bank tersebut akan sulit dalam meningkatkan pelayanan. Termasuk, misalnya, pelayanan digital. Bank kecil itu tidak bisa bersaing mendapatkan dana murah.
Kegagalan bank dalam meraup dana murah, akan membuat mereka terpaksa menyalurkan kredit dengan bunga tinggi yang artinya berisiko macet. Net Interest Margin (NIM) bank tersebut juga kecil, sehingga keuntungan didapatkan relatif rendah.
Baca Juga
“Aset kecil, volume kreditnya kecil, nim kecil, keuntungan dan ROA sangat terbatas,” kata Piter.
Dia mengatakan jika bank ingin meningkatkan profitabilitas maka,mereka perlu menaikkan keuntungan dengan berinvestasi untuk bisa bersaing mendapatkan dana pihak ketiga (DPK) dengan cost of fund yang rendah (CASA).
Sementara itu, Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Abdul Manap Pulungan mengatakan untuk meningkatkan profitabilitas maka bank kecil harus meningkatkan realisasi kredit karena menjadi sumber utama pendapatan bunga.
“Pada satu sisi, perlu efisiensi, khususnya pada rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional,” kata Abdul.
Pada perkembangan lain, PT Bank Neo Commerce Tbk (BNC) akan melanjutkan aksi korporasi Penambahan Modal dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHMETD) atau Right Issue setelah resmi mendapatkan Pernyataan Efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada Kamis (10/11/2022).
BNC akan menerbitkan sebanyak-banyaknya 2.617.133.843 (dua miliar enam ratus tujuh belas juta seratus tiga puluh tiga ribu delapan ratus empat puluh tiga) saham baru. Setiap pemegang 18 lembar saham lama yang tercatat dalam Daftar Pemegang Saham per tanggal 22 November 2022 berhak memperoleh 5 HMETD.
Satu HMETD memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli satu lembar saham baru dengan harga pelaksanaan Rp650 per saham, sehingga jumlah dana yang akan diterima oleh BNC adalah sebesar Rp1,7 triliun.
Dalam Prospektus yang diterbitkan, Pemegang Saham Utama BNC, yaitu PT Akulaku Silvrr Indonesia, PT Gozco Capital dan Rockcore Financial Technology Co.Ltd akan melaksanakan secara penuh haknya sesuai dengan porsi kepemilikannya.
Direktur Utama BNC Tjandra Gunawan mengatakan dengan mempertimbangkan kondisi pasar dan perekonomian beberapa bulan terakhir, perusahaan memutuskan untuk mengubah target perolehan dana dari perhelatan Rights Issue yang awalnya sebesar Rp5 triliun menjadi Rp1,7 triliun.
“Angka ini sementara kami nilai sangat cukup untuk menjadi fuel bagi BNC dalam mengeksekusi milestones yang sudah kami rencanakan ke depannya,” kata Tjandra.
Dia meyakini pencapaian positif kinerja BNC pada kuartal III/2022 tahun ini, mulai dari DPK, fee based income, pendapatan bunga bersih hingga dapat membukukan laba di Kuartal III/2022, menunjukkan bahwa kinerja BNC berada pada jalur yang tepat.
Dana yang akan didapat secara efektif dan efisien dapat mendukung kinerja usaha Perseroan pada tahun depan.