Bisnis.com, JAKARTA — Bank Muamalat Indonesia memperkirakan bahwa pembiayaan perseroan akan terus bertumbuh pada tahun depan meski dibayang-bayangi ancaman resesi global.
Direktur Utama Bank Muamalat Achmad Kusna Permana mengatakan bahwa tahun ini Bank Muamalat tengah dalam proses membangun infrastruktur pasca masuknya Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) sebagai pengendali saham mayoritas.
"Tahun ini kita telah menjalankan proses baru, bangun infrastruktur. Tahun depan kita akan lebih besar lagi dibandingkan tahun ini," katanya, Rabu (23/11/2022).
BPKH saat ini merupakan pemegang saham mayoritas Bank Muamalat dengan porsi kepemilikan mencapai 82,65 persen. BPKH menjadi pemegang saham Bank Muamalat setelah menerima hibah saham dari Islamic Development Bank (IDB), Bank Boubyan, Atwill Holdings Limited, National Bank of Kuwait, IDF Investment Foundation, dan BMF Holding Limited pada November 2021 sebanyak 7,903 miliar saham.
Meski begitu, Bank Muamalat belum merinci target pertumbuhan pembiayaan pada tahun depan di tengah ancaman resesi global itu. "Targetnya dari pemegang saham belum final. Nanti juga kami harus selaraskan dengan arahan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tentang sektor mana saja yang digarap," katanya.
Sedangkan, berdasarkan laporan keuangan, laju pembiayaan Bank Muamalat tercatat mencapai Rp10,31 triliun atau turun 32 persen yoy. Meski demikian, rasio pembiayaan bermasalah (non-performing financing/NPF) mampu ditekan dari 4,94 persen per September 2021 menjadi 2,35 persen pada September 2022.
Baca Juga
Permana mengatakan bahwa meskipun pembiayaan per kuartal III/2022 ini turun, tapi target keseluruhan tahun ini tetap diproyeksikan tumbuh. "Kami perkiraan akan naik lagi sampai akhir tahun ini, karena ada beberapa rencana yang memang di akhir tahun bisa direalisasikan," katanya.
Bank Muamalat sendiri menargetkan pembiayaan bisa tumbuh 15 persen hingga 20 persen sepanjang tahun ini. Target pembiayaan itu akan difokuskan membidik pasar muslim di Tanah Air.
Sebelumnya, Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Amin Nurdin juga mengatakan bahwa tahun depan akan menjadi tahun yang berat, tidak hanya bagi perbankan tapi pelaku ekonomi secara keseluruhan.
Saat resesi global, inflasi akan meninggi. Bagi sektor perbankan, ini dikhawatirkan akan membawa masalah pada kualitas kredit.
"Bagaimanapun bank mesti hati-hati di tengah terpaan resesi, NPL akan tinggi, bank juga harus siapkan CKPN [Cadangan Kerugian Penurunan Nilai] yang besar," ujarnya kepada Bisnis pada bulan lalu (25/10/2022).