Bisnis.com, JAKARTA — Tiga bank terbesar di Indonesia yakni PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA), PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI), dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) masih memproyeksikan penyaluran kredit dobel digit setidaknya sampai akhir 2022 dan 2023 di tengah kekhawatiran resesi global.
EVP Corporate Communication & Social Responsibility BCA Hera F. Haryn mengatakan bahwa penyaluran kredit bank setidaknya hingga akhir tahun ini tetap pesat. “BCA menargetkan pertumbuhan total kredit tahun ini dapat mencapai 8 – 10 persen,” ujarnya kepada Bisnis.com pada beberapa waktu lalu.
Menurutnya, ada beberapa faktor yang akan memengaruhi penyaluran kredit tahun ini seperti mobilitas masyarakat yang diharapkan bisa kembali normal, suku bunga, likuiditas yang ada, dan lain sebagainya.
Hingga kuartal III/2022, BCA sendiri telah mencatatkan penyaluran kredit Rp681,98 triliun dan tumbuh 12,6 persen secara tahunan (year on year/yoy) dibandingkan kuartal III/2021 yang mencapai Rp636,98 triliun.
Meski begitu, BCA tetap memperhatikan kualitas kredit yang disalurkan. “BCA senantiasa berkomitmen untuk menyalurkan kredit secara prudent dan tetap mengkaji peluang di berbagai sektor sekaligus mempertimbangkan prinsip kehati-hatian,” ujarnya.
BCA memang telah berhasil menurunkan rasio kredit macet (nonperforming loan/NPL) per kuartal III/2022. Tercatat, NPL gross BCA turun dari 2,36 persen per September 2021 menjadi 2,16 persen per September 2022. Kemudian, NPL nett BCA turun dari 0,89 persen per kuartal III/2021 menjadi 0,66 per kuartal III/2022.
Baca Juga
Begitu juga dengan Bank Mandiri. Corporate Secretary Bank Mandiri Rudi As Aturridha mengatakan perseroan optimis dapat melanjutkan kinerja yang baik penyaluran kredit sampai dengan akhir tahun ini. Sementara pada 2023, penyaluran kredit juga tetap tumbuh pesat dengan menggarap peluang ekosistem nasabah, terutama di sektor-sektor yang risilien dan risiko yang terukur.
Hingga kuartal III/2022, Bank Mandiri mencatatkan pertumbuhan kredit 14,28 persen yoy menjadi Rp1.167,51 triliun.
Sementara, NPL Bank Mandiri terus mencatatkan perbaikan. NPL gross turun dari 3,06 persen per September 2021 menjadi 2,26 persen per September 2022. Lalu, NPL net Bank Mandiri turun dari 0,43 persen menjadi 0,31 persen.
BRI juga memproyeksikan pertumbuhan pesat kredit di tengah ancaman resesi global. "Targetnya, kami bisa tumbuh di tahun depan untuk kredit 9 sampai 11 persen. Ini bagi BRI cukup besar karna kredit kami sudah sampai Rp1.111 triliun. Jadi tumbuh 10 persen saja, harus menyalurkan kredit net itu Rp111 triliun," ungkap Direktur Utama BRI Sunarso.
BRI sendiri telah menyalurkan kredit Rp1.111,48 triliun per kuartal III/2022, tumbuh 7,92 persen yoy dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp1.029,94 triliun.
Pertumbuhan kredit BRI juga diimbangi dengan penjagaan NPL. Tercatat, NPL BRI secara bank only berada di level 3,14 persen (gross) dan 0,87 persen (net).
Sebelumnya, Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Amin Nurdin mengatakan bahwa tahun depan akan menjadi tahun yang berat, tidak hanya bagi perbankan tapi pelaku ekonomi secara keseluruhan.
Saat resesi global, inflasi akan meninggi. Bagi sektor perbankan, ini dikhawatirkan akan membawa masalah pada kualitas kredit. "Bagaimanapun bank mesti hati-hati di tengah terpaan resesi, NPL akan tinggi, bank juga harus siapkan CKPN [Cadangan Kerugian Penurunan Nilai] yang besar," ujarnya kepada Bisnis.com, Selasa (25/10/2022).