Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Alarm Siaga dari OJK, BBRI dan BNGA Pasang Mata di Industri dan Sawit

Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar menyampaikan bahwa pelaku industri perbankan perlu mewaspadai risiko kredit di sektor manufaktur dan komoditas.
Salah satu kantor Bank BRI/bri.co.id
Salah satu kantor Bank BRI/bri.co.id

Bisnis.com, JAKARTA – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memperingatkan pelaku industri perbankan untuk mewaspadai risiko kredit di sektor manufaktur dan komoditas. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) dan PT Bank CIMB Niaga Tbk. (BNGA) pun memonitor secara ketat sektor tersebut.

Corporate Secretary BRI Aestika Oryza Gunarto mengatakan bahwa BRI turut menyalurkan pembiayaan kepada sektor komoditas. Terkait kelapa sawit, BRI telah menyalurkan kredit Rp56 triliun atau 5,6 persen dari total kredit yang disalurkan.

Sementara, dalam menghadapi gejolak ekonomi tahun depan, sektor komoditas menjadi perhatian. "BRI pun telah menyiapkan strategi, salah satunya dengan sangat selektif menyalurkan kredit kepada sektor itu [komoditas]. Kami melakukan monitoring yang intensif dan mempersiapkan pencadangan yang memadai," ungkap Aestika kepada Bisnis pada Kamis (22/12/2022).

Secara keseluruhan, BRI sendiri telah menyalurkan kredit Rp1.111,48 triliun per kuartal III/2022, tumbuh 7,92 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp1.029,94 triliun.

Sementara itu, Presiden Direktur CIMB Niaga Lani Darmawan juga mengatakan bahwa menyikapi kekhawatiran gejolak ekonomi global 2023, perseroan memonitor ketat semua portofolio kredit di masing-masing sektor dan industri. "Kami juga lakukan risk management dan terapkan sector limit," ungkapnya.

CIMB Niaga telah mencatatkan penyaluran kredit sebesar Rp194,7 triliun per kuartal III/2022, naik 10 persen yoy dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp176,95 triliun.

Sebelumnya, Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar menyampaikan bahwa pelaku industri perbankan perlu mewaspadai risiko kredit di sektor manufaktur dan komoditas.

Menurut dia, perlambatan ekonomi yang terjadi di tingkat global menimbulkan kerawanan bagi sektor komoditas ataupun industri tertentu. Oleh sebab itu, eksposur kredit perbankan yang menyasar dua sektor tersebut perlu dikawal dengan baik.

Sementara itu, untuk dalam negeri, Mahendra menuturkan bahwa beberapa pasar ekspor mengalami pelemahan pasar. Semisal, industri manufaktur seperti tekstil dan alas kaki. Sektor ini dinilai perlu diberikan ruang perpanjangan restrukturisasi hingga satu tahun.

Oleh karena itu, otoritas telah menyiapkan sejumlah strategi sebagai langkah mitigasi. "Dalam menghadapi situasi tersebut, tentunya kami sudah menyiapkan sejumlah strategi, salah satunya adalah melakukan pengawalan pada sektor komoditas dan industri tertentu,” tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper