Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ancaman Resesi Global 2023, Intip Tumpukan Kredit Bermasalah di Bank

Hingga November 2022, rasio kredit bermasah atau NPL (nonperforming loan) gross bank mencapai 2,65 persen.
Ilustrasi kredit macet atau nonperforming-loan (NPL)/Freepik
Ilustrasi kredit macet atau nonperforming-loan (NPL)/Freepik

Bisnis.com, JAKARTA – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat rasio kredit bermasalah perbankan menyusut pada tahun lalu. Akan tetapi, tahun ini perbankan akan menghadapi tantangan ancaman resesi global dalam menjaga rasio NPL (nonperforming loan).

"Risiko kredit melanjutkan penurunan dengan rasio NPL [nonperforming loan] net perbankan sebesar 0,75 persen, dan NPL gross 2,65 persen pada November 2022," kata Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae dalam Rapat Dewan Komisioner (RDK) OJK pada Senin (2/1/2023).

Angka NPL gross perbankan pada November 2022 itu terhitung turun 7 basis poin (bps) dibandingkan Oktober 2022 yang mencapai 2,72 persen. Begitu juga dengan NPL nett per November 2022 yang turun 3 bps dibandingkan bulan sebelumnya 0,78 persen.

NPL gross perbankan pada November 2022 juga terhitung turun 54 bps secara tahunan (year-on-year/yoy) dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu 3,19 persen.

Sejumlah bank juga mencatatkan penurunan rasio kredit macetnya pada tahun lalu. PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) misalnya mencatatkan penurunan NPL gross dari kuartal III/2021 yang mencapai 2,36 persen menjadi 2,16 persen per kuartal III/2022.

Begitu juga dengan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) melaporkan penurunan NPL gross dari 3,29 persen per September 2021 menjadi 3,14 persen per September 2022.

Akan tetapi, perbankan akan menghadapi tantangan dalam menjaga rasio kredit macetnya tahun ini di tengah ancaman resesi global.

Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan BCA sudah meramalkan resesi secara global akan terjadi pada 2023.

Inflasi diperkirakan meninggi, diikuti dengan melemahnya nilai tukar rupiah. Kondisi ini membuat biaya produksi, khususnya untuk bahan baku impor, meningkat.

“Kondisi-kondisi ini menyebabkan production cost pasti meningkat bagi para nasabah kami yang produsen,” ujarnya dalam konferensi pers paparan kinerja kuartal III/2022 BCA.

Sementara itu, Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Amin Nurdin mengatakan bahwa saat resesi global, inflasi akan naik. Dia khawatir hal tersebut akan membawa masalah pada kualitas kredit.

"Bagaimanapun bank mesti hati-hati di tengah terpaan resesi, NPL akan tinggi, bank juga harus siapkan CKPN [cadangan kerugian penurunan nilai] yang besar," ujarnya kepada Bisnis pada Oktober (25/10/2022).

Apalagi menurutnya restrukturisasi kredit Covid-19 untuk sektor umum akan berhenti pada Maret 2022. Menurutnya, bagi bank pada kategori besar, kecukupan pencadangan masih aman. Namun, untuk kategori menengah dan kecil, dia bisa kena dampak signifikan kalau terjadi resesi global 2023.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper