Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rights Issue Bank Ganesha (BGTG) Rampung, Porsi Publik Naik sedangkan Pengedali Terdilusi

Secara persentase, porsi publik di Bank Ganesha (BGTG) naik hampir dua kali lipat setelah rights issue pada akhir tahun lalu.
Logo Bank Ganesha. /Istimewa
Logo Bank Ganesha. /Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Ganesha Tbk. (BGTG) telah menyelesaikan rights issue pada bulan lalu. Penerbitan saham baru ini membuat kepemilikan publik di Bank Ganesha menjadi gemuk, sementara pemilik saham pengendali terdilusi.

Berdasarkan keterbukaan informasi, kepemilikan saham masyarakat di bank berkode emiten BGTG itu bergerak naik signifikan per 31 Desember 2022. "Dari bulan sebelumnya 4.346.281.803 lembar saham atau 26,39 persen menjadi 11.846.281.803 lembar saham atau 49,42 persen," demikian dikutip dari keterbukaan informasi pada Selasa (10/1/2023).

Sementara, pemilik saham pengendali BGTG yakni PT Equity Development Investment Tbk. mengalami dilusi kepemilikan dari 8.336.410.000 lembar saham atau 50,61 persen sebelum rights issue, menjadi 8.336.410.000 lembar saham atau 34,78 persen setelah rights issue.

Begitu juga dengan pemilik saham BGTG lainnya. UOB Kay Hian Pte Ltd telah mencatatkan penyusutan kepemilikan di BGTG dari 1.388.305.300 lembar saham atau 8,43 persen sebelum rights issue menjadi 1.388.305.300 lembar saham atau 5,79 persen setelah rights issue.

Sementara, Equity Global International mencatatkan penyusutan kepemilikan dari 2.400.000.000 lembar saham atau 14,57 persen sebelum rights issue menjadi 2.400.000.000 lembar saham atau 10,01 persen setelah rights issue rampung. 

Sebagaimana diketahui, Bank Ganesha menggelar penawaran umum terbatas (PUT II) berupa rights issue sebanyak-banyaknya 7.5000.000.000 helai saham dengan harga Rp120 per saham pada 14 hingga 20 Desember 2022. 

Bank Ganesha telah mengonfirmasi bahwa proses pelaksanaan rights issue yang digelar tidak ada pembeli siaga. PT Equity Development Investment Tbk. selaku pemilik saham pengendali pun dilaporkan tidak melaksanakan seluruh hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) dan tidak mengalihkannya pada pihak manapun. 

Manajemen Bank Ganesha menjelaskan bahwa sisa saham HMETD yang tidak terserap kepada para pemegang HMETD kemudian dialokasikan kepada para pemegang saham yang mengajukan pesanan saham tambahan.

Setelah aksi korporasi tersebut rampung, Bank Ganesha juga mengonfirmasi bahwa perseroan telah menyerap dana segar Rp900 miliar. Bank Ganesha kemudian memanfaatkan dana tersebut untuk memperkuat struktur permodalan.

Bank Ganesha memang gencar mengejar pemenuhan ketentuan modal inti minimum Rp3 triliun dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada akhir tahun lalu. Per kuartal III/2022 Bank Ganesha hanya mencatatkan modal inti Rp2,15 triliun. Tambahan dana dari rights issue itu cukup untuk memenuhi ketentuan modal inti minimum.

Suntikan dana dari aksi rights issue juga digunakan perseroan untuk mengembangkan usaha perseroan melalui penyaluran kredit. "Termasuk penyaluran kredit dengan layanan digital, dan bilamana belum terserap akan ditempatkan pada instrumen keuangan jangka pendek yang bersifat likuid seperti instrumen keuangan di Bank Indonesia dan/atau Surat Berharga Negara," kata manajemen Bank Ganesha.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper