Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Cara Bank Mandiri (BMRI) Kelola Likuiditas di Tengah Tren Suku Bunga Tinggi

Bank Mandiri (BMRI) menyiapkan sejumlah cara dalam mengelola likuiditasnya tahun ini di tengah tren suku bunga tinggi.
Nasabah melakukan transaksi melalui mesin anjungan tunai mandiri (ATM) milik Bank Mandiri di Jakarta, Rabu (4/1/2023). /Bisnis-Eusebio Chrysnamurti
Nasabah melakukan transaksi melalui mesin anjungan tunai mandiri (ATM) milik Bank Mandiri di Jakarta, Rabu (4/1/2023). /Bisnis-Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Likuiditas akan menjadi tantangan perbankan pada tahun ini di tengah tren suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) yang tinggi. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) pun menyiapkan sejumlah cara dalam mengelola likuiditasnya tahun ini.

Corporate Secretary Bank Mandiri Rudi As Aturridha mengatakan bahwa posisi likuiditas Bank Mandiri saat ini berada di level yang optimal. Loan to deposit ratio (LDR) Bank Mandiri secara bank only berada pada level 81,16 persen per November 2022.

Tercatat, pada periode yang sama dana pihak ketiga (DPK) Bank Mandiri berhasil tumbuh sebesar 13,95 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi Rp1.125,05 triliun. Kemudian kredit Bank Mandiri tumbuh 12,46 persen yoy menjadi Rp 920,43 triliun.

"Untuk 2023 kami mempertimbangkan proyeksi bahwa penyaluran kredit akan meningkat seiring dengan kondisi bisnis dan perekonomian yang terus tumbuh. Bank Mandiri pun akan terus mengkaji serta memonitor kecukupan likuiditas dari waktu ke waktu secara prudent dan optimal," kata Rudi kepada Bisnis pada Minggu (22/1/2023).

Sementara, dalam mengelola likuiditas, Bank Mandiri juga mengeksekusi strategi pendanaan. "Bank Mandiri akan mempertimbangkan berbagai aspek, antara lain opsi instrumen yang tersedia, timing yang tepat, serta kondisi pasar," ungkap Rudi.

Sebelumnya, Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) menyebutkan bahwa likuiditas akan menjadi tantangan perbankan pada tahun ini di tengah tren suku bunga acuan BI yang tinggi. Sebab, pertumbuhan kredit diperkirakan masih meningkat secara bertahap sejalan pemulihan aktivitas bisnis masyarakat, sementara DPK masih akan tumbuh dengan laju lebih lambat.

"Berlanjutnya peningkatan permintaan kredit akan menjadi tantangan bagi bank dalam mengelola likuiditasnya sekaligus tetap menjaga pertumbuhan kredit yang sehat," tulis LPS berdasarkan laporannya pada akhir bulan lalu.

Sementara, Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI bulan ini telah memutuskan untuk kembali menaikan suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,75 persen. Suku bunga deposit facility pun naik sebesar 25 bps menjadi 5 persen, dan suku bunga lending facility naik sebesar 25 bps menjadi 6,5 persen.

Kenaikan suku bunga acuan BI itu menjadi yang keenam kalinya terjadi secara beruntun sejak Agustus 2022.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Reni Lestari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper