Bisnis.com, JAKARTA — Unit usaha syariah (UUS) PT Bank CIMB Niaga Tbk. (BNGA) atau CIMB Niaga mencatatkan laba bersih sebesar Rp1,51 triliun hingga Desember 2022. Nilai tersebut terkoreksi 17 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).
Mengacu pada laporan keuangan konsolidasian CIMB Niaga yang termuat dalam Harian Bisnis Indonesia, Jumat (17/2/2023), laba UUS BNGA tertekan oleh kerugian penurunan nilai aset keuangan (impairment) yang melonjak 125 persen yoy.
Lebih rinci, hingga Desember 2022 kerugian penurunan nilai aset bank mencapai Rp740,12 miliar dari Rp329,11 miliar pada periode yang sama di tahun sebelumnya.
Kendati dari sisi bottom line belum hijau, CIMB Niaga Syariah diketahui mencatatkan pertumbuhan total pendapatan dari penyaluran dana sebesar 14 persen yoy menjadi Rp3,55 triliun.
Adapun, pendapatan tersebut utamanya didorong oleh pendapatan dari piutang yang naik 33 persen yoy menjadi Rp458,80 miliar. Kemudian pendapatan bagi hasil tumbuh 13 persen yoy menjadi Rp2,51 triliun, pendapatan sewa naik 15 persen yoy menjadi Rp52,01 miliar dan pendapatan lainnya yang tumbuh 7 persen yoy menjadi Rp530,01 miliar.
Sementara itu dari sisi aset, UUS CIMB Niaga ini juga mencatatkan pertumbuhan sebesar 6 persen menjadi Rp62,95 triliun sepanjang 2022 dari posisi sebelumnya sebesar Rp59,25 triliun pada Desember 2021.
Baca Juga
Pertumbuhan aset tersebut salah satu diantaranya ditopang oleh pertumbuhan pembiayaan piutang yang melesat 43 persen yoy menjadi Rp4,8 triliun pada Desember 2022. Sejalan dengan hal tersebut, financing to deposit ratio (FDR) bank tercatat berada pada level 118,8 persen dari posisi sebelumnya 88,46 persen.
Kendati demikian, pertumbuhan piutang tersebut juga diikuti oleh perbaikan non-performing financing (NPF) gross yang turun 14 basis poin (bps) menjadi 1,29 persen dari sebelumnya sebesar 1,43 persen. Sedangkan secara net, rasio NPF juga turun 15 bps menjadi 0,41 persen.
Dengan demikian, total aset UUS (CIMB Niaga Syariah) terhadap bank umum konvensional (CIMB Niaga) juga mencatatkan pertumbuhan sebesar 87 bps menjadi 20,88 persen dari posisi pada Desember 2021 sebesar 19,21 persen.