Bisnis.com, JAKARTA - Kinerja harga saham kedua bank milik konglomerat Hary Tanoesoedibjo yakni PT Bank MNC Internasional Tbk. (BABP) dan bank milik James Riady yakni PT Bank Nationalnobu Tbk. (NOBU) kompak mengalami penguatan pada penutupan perdagangan hari ini, Selasa (28/2/2023).
Usai dikonfirmasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bahwa keduanya akan merger, saham BABP melesat 13,19 persen atau naik 12 poin ke level Rp103 per helai.
Seiring dengan penguatan BABP, saham NOBU juga ditutup di zona hijau sebesar 9,62 persen atau naik 50 poin ke level Rp570 per helai.
Sementara sebelumnya BABP juga dibuka melesat 4 persen ke level Rp95 per dari posisi pada perdagangan sebelumnya Rp91 per helai. Sedangkan, saham NOBU sendiri juga dibuka menguat 4 persen menjadi Rp540 per helai dari Rp520 pada penutupan perdagangan sebelumnya.
Untuk diketahui, pada Rapat Dewan Komisioner Bulanan, Senin (27/2/2023), Kepala Eksekutif Kepala Eksekutif
"Terkait dengan merger 2 bank yakni Bank MNC dan Bank Nobu, mereka sudah mengajukan rencana merger sebelum deadline pada 2022 kemarin. Jadi memang ini sedang dalam proses sudah ada tim merger dan sudah ada langkah-langkah realisasi mergernya," jelasnya.
Baca Juga
Dian menambahkan, aksi merger tersebut bukan lagi dilangsungkan untuk memenuhi ketentuan modal inti minimum Rp3 triliun.
"Sehingga, isunya adalah bukan lagi kita berbicara soal memenuhi persyaratan Rp3 triliun. Jadi kalau ngobrolnya tentang dua bank itu adalah merger yang akan memperkuat dua usaha ini," tambahnya.
Di samping itu, OJK berkeyakinan bahwa ke depan Bank MNC dan Bank Nobu dapat bersinergi secara baik. Dian juga menegaskan keduanya telah sama-sama memiliki komitmen yang jelas untuk menggelar merger.
"Sudah jelas dan sudah ada timnya jadi tak akan mundur dan mereka juga aka terus mempercepat merger ini sehingga hadir menjadi bank yang lebih kuat lagi," pungkasnya.
Sebagaimana diketahui, Sebelumnya, kabar aksi korporasi merger BABP dan NOBU memang sudah mulai terendus. Bahkan, Corporate Secretary BABP Heru Sulistiadhi juga sempat memberikan sinyal akan menggelar aksi korporasi merger tersebut. Hanya saja merger dilakukan dalam rangka naik kelas, bukan untuk melakukan pemenuhan ketentuan modal inti.
"OJK tidak pernah mengarahkan untuk merger, karena keputusan merger adalah kesepakatan para pihak dalam rangka meningkatkan kapasitas menjadi bank dengan modal inti Rp6 triliun dengan kategori KBMI 2," jelasnya dalam keterangan tertulis yang dibagikan pada keterbukaan informasi, Senin (13/2/2023).