Bisnis.com, JAKARTA - Perusahaan pembiayaan digital bagian Akulaku Group, PT Akulaku Finance Indonesia optimistis masih bisa tumbuh dobel digit sepanjang 2023, sejalan dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat akan gawai termutakhir.
Presiden Direktur Akulaku Finance Efrinal Sinaga menjelaskan bahwa ekspektasi tinggi pada tahun ini merupakan lanjutan sentimen positif permintaan kredit digital sejak tahun lalu, yang turut membawa pembiayaan Akulaku Finance jauh melampaui target awal tahun.
Sekadar info, Akulaku Finance sepanjang periode 2022 mencatatkan penyaluran pembiayaan mencapai Rp12,93 triliun, naik hingga 36,1 persen (year-on-year/yoy) ketimbang capaian periode 2021 senilai Rp9,5 triliun.
"Perubahan lifestyle dari sebelumnya hanya butuh gadget yang fokusnya untuk menopang aktivitas di rumah, sekarang juga butuh untuk kegitan di luar rumah. Kami meyakini hal tersebut akan mendorong penyaluran pembiayaan kami sampai ke Rp15 triliun di akhir tahun nanti, atau setidaknya meningkat sekitar 15-16 persen," ujarnya kepada Bisnis, Selasa (7/3/2023).
Efrinal menjelaskan bahwa produk terlaris sampai saat ini masih dipegang segmen gawai dan home appliance yang mencapai separuh dari total pembiayaan. Sisanya, berturut-turut dari segmen fesyen, kebutuhan rumah tangga, dan barang-barang hobi.
Selain itu, Akulaku Finance juga tengah berupaya memperbesar porsi productive loan untuk UMKM digital, sebab produk ini baru meluncur pada 2022. Lewat penguatan jaringan dengan Grup Akulaku, Efrinal melihat produk ini akan turut menyumbang pertumbuhan positif bagi penyaluran pembiayaannya.
Baca Juga
"Kami berencana menggenjot productive loan sampai ke kisaran Rp1 triliun. Tahun lalu, nilainya cuma miliaran saja, karena masih baru dan kami masih belajar, karena asesmen untuk debitur UMKM sangat berbeda dengan untuk individu," tambah Efrinal.
Adapun, dari segi asal akses debitur, separuh dari total pembiayaan masih berasal dari platform loka pasar (marketplace) milik Grup Akulaku sendiri. Sisanya, terbagi rata untuk beberapa platform dagang-el (e-commerce) besar di Tanah Air, terutama yang fokus ke produk gawai dan elektronik.
Sementara itu, untuk wilayah debitur, sekitar 80 persen masih berada di Pulau Jawa, di mana 25 persen di antaranya berasal dari Jabodetabek. Efrinal mengakui penetrasi ke luar Pulau Jawa baru terealisasi di beberapa kota besar.
"Kota besar di Jawa, terutama Jabodetabek, masih mendominasi. Menurut saya, karena mindset penggunaan paylater sebagai alat pengelolaan arus kas lebih masuk buat warga kota-kota besar. Selain itu, memang di luar Jawa masih ada isu hambatan infrastruktur, sinyal, dan lain-lain. Tapi kami coba terus untuk tetap memperbesar porsi penyaluran ke luar Jawa, karena ini juga harapan dari regulator," jelasnya.
Sebagai contoh, Akulaku Finance baru-baru ini menyelenggarakan program sosialisasi literasi dan edukasi keuangan untuk meningkatkan pemahaman dan literasi keuangan digital bagi kalangan mahasiswa di kota Padang, Sumatera Barat, di Ruang Seminar Gedung Perpustakaan Universitas Andalas Padang.
Akulaku sebagai salah satu pionir penyedia layanan digital bukan hanya fokus meningkatkan penetrasi layanan, melainkan juga secara konsisten berupaya meningkatkan literasi keuangan di Tanah Air.
Dirinya juga meyakini bahwa generasi muda sebagai agen perubahan dapat menghadirkan efek berganda dalam upaya untuk mengakselerasi peningkatan literasi keuangan.
"Langkah yang kami tempuh adalah dengan secara aktif mengedukasi dan mengajak generasi muda untuk memahami dan memanfaatkan produk layanan keuangan digital yang dihadirkan dengan bijak," ujarnya.
Inisiatif yang digelar di kota Padang merupakan bagian dari roadshow edukasi keuangan bertajuk #GenerasiMudaSemuaBisa, sebuah komitmen berkelanjutan Akulaku Finance Indonesia dalam mengedukasi dan menjamin pemerataan literasi finansial dari setiap lapisan masyarakat Indonesia di era digital.
Terlebih, pesatnya pertumbuhan penetrasi layanan keuangan digital tersebut juga perlu diimbangi dengan pemahaman yang memadai dari setiap pengguna layanan keuangan digital.