Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Silicon Valley Bank Kolaps, BI Diramal Tahan Suku Bunga Acuan

Bank Indonesia (BI) diramal bakal tahan suku bunga acuan di tengah gelojak pasar global akibat kolapsnya Silicon Valley Bank (SVB).
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan paparan saat konferensi pers Hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia di Jakarta, Kamis (16/2/2023). Bisnis/Arief Hermawan P
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan paparan saat konferensi pers Hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia di Jakarta, Kamis (16/2/2023). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) diproyeksi tetap mempertahankan suku bunga acuan pada tingkat 5,75 persen pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulan ini. Imbas dari kolapsnya Silicon Valley Bank (SVB)?

Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman mengatakan bahwa rupiah masih akan terus bergerak sesuai dengan level fundamentalnya pada kisaran Rp15.200 - Rp15.500 per dolar Amerika Serikat (AS) dalam jangka pendek. 

“Dalam RDG minggu ini, kami melihat bahwa BI7DRR [BI 7-Day Reverse Repo Rate] akan dipertahankan di level 5,75 persen,” katanya, Selasa (14/3/2023).

Menurutnya, rupiah juga akan berada di level Rp15.285 per dolar AS pada akhir 2023, dengan rata-rata di Rp15.220 per dolar AS, meskipun ada risiko kenaikan dan volatilitas pasar masih akan terjadi dalam jangka menengah. 

Di sisi eksternal, Faisal mengatakan bahwa pasar berekspektasi The Fed, bank sentral AS, akan mengurangi agresivitasnya dalam menaikkan suku bunga, disebabkan oleh bangkrutnya Silicon Valley Bank (SVB).

Sebelumnya, pasar memperkirakan suku bunga acuan The Fed akan meningkat ke level 5,75 persen pada 2023 seiring dengan pernyataan hawkish dari beberapa pejabat The Fed. 

Namun demikian, gagalnya SVB pada pekan lalu telah menyebabkan guncangan di pasar keuangan AS.

Kinerja saham industri perbankan di AS dan Eropa mengalami penurunan yang signifikan. 

Selain itu, indeks dolar AS juga terus melemah, sejalan dengan pelemahan dolar AS terhadap sebagian besar mata uang global.

Hal ini menyebabkan tekanan di pasar uang berkurang seiring dengan berkurangnya probabilitas the Fed untuk menaikkan suku bunga acuan secara agresif.

Kegagalan SVB tersebut telah menimbulkan spekulasi bahwa The Fed dapat mengambil pendekatan yang kurang agresif dalam melakukan pengetatan kebijakan untuk menghindari risiko lebih lanjut terhadap sistem keuangan.

“Runtuhnya SVB telah mendorong ekspektasi bahwa The Fed diperkirakan tidak akan terlalu agresif dalam menaikkan suku bunga,” kata Faisal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper