Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Silicon Valley Bank Bangkrut, Ini Dampaknya ke SBN Indonesia

Ekonom Bank Mandiri mengungkap dampak bangkrutnya Silicon Valley Bank (SVB) terhadap SBN Indonesia.
Pelanggan mengantre di luar cabang Silicon Valley Bank di Wellesley, Massachusetts, AS, 13 Maret 2023. REUTERS/Brian Snyder TPX IMAGES OF THE DAY
Pelanggan mengantre di luar cabang Silicon Valley Bank di Wellesley, Massachusetts, AS, 13 Maret 2023. REUTERS/Brian Snyder TPX IMAGES OF THE DAY

Bisnis.com, JAKARTA – Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro mengungkapkan dampak bangkrutnya Silicon Valley Bank (SVB) dan beberapa bank AS terhadap pasar surat berharga negara (SBN) Indonesia.

Dia juga membandingkan dampak gugurnya perbankan AS yang terjadi saat ini dengan periode krisis finansial pada 2008. Menurutnya, kolapsnya Silicon Valley Bank (SVB) tak akan berdampak besar terhadap ekonomi Indonesia.

Pasalnya, posisi Indonesia saat ini jauh lebih kuat dibanding krisis keuangan pada 15 tahun silam atau pada 2008. 

“Dibandingkan dengan kasus 2008, saya rasa jauh lebih mengerikan 2008 karena saat itu mainnya bank yang besar,” ujar Andry saat ditemui usai diskusi yang digelar Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI), Selasa (14/3/2023). 

Andry menjelaskan bahwa kondisi saat ini Indonesia cukup kuat karena posisi kepemilikan asing pada surat berharga negara (SBN) hingga akhir 2022 didominasi oleh investor domestik. 

Berdasarkan data, kepemilkan asing pada SBN hanya sebesar 14,5 persen dari total surat utang. Artinya, kata Andry, ekonomi Indonesia tidak akan terlalu terguncang bila membandingkan dengan kondisi 2008 di mana posisi SBN sekitar 35 persen dimiliki asing. 

“Ada power dari domestic investor apalagi sekarang kepemilikan asing tinggal 14 persen dari tahun lalu, volatilitas ini harusnya nggak bikin kemudian surat utang kita keluar langsung tinggi,” jelasnya. 

Meski SVB tidak terlalu besar dan berfokus pada modal ventura bagi perusahaan rintisan, namun cukup mengguncang ekonomi AS karena runtuhnya SVB diikuti oleh Signature Bank. 

Lebih lanjut, Andry menjelaskan dari kondisi tersebut memberikan dampak dolar melemah dan rupiah yang justru menguat. 

Hal tersebut karena adanya ekspektasi dari gugurnya SVB di dunia perbankan akan membuat Federal Reserve atau The Fed tidak akan menaikkan suku bunga lagi secara agresif. 

Di sisi lain, investasi langsung dari Amerika ke Indonesia juga relatif kecil. Terlebih sangat sedikit modal ventura (venture capital/VC) Indonesia yang melakukan investasi di AS terhadap perusahaan rintisan atau startup.

Sebelumnya, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan bahwa kepemilkan asing dalam SBN semakin menurun namun tak menghentikan minat asing untuk berinvestasi di Indonesia. 

Pada Maret 2023, Menkeu memaparkan dengan membaiknya indikator pasar keuangan, seperti inflasi Indonesia yang lebih baik dan volatilitas pasar keuangan yang mulai mereda, mendorong asing untuk masuk ke pasar obligasi negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. 

Berdasarkan data dalam APBN Kita, per 10 Maret 2023 kepemilikan asing pada SBN mencapai 14,61 persen. Tercatat, outflow surat berharga negara (SBN) pada Februari 2023 sebesar Rp7,57 triliun sedangkan Maret sebesar Rp8,16 triliun. 

Perbankan dan Bank Indonesia (BI) mendominasi kepemilikan SBN masing-masing 24,5 persen dan 26,2 persen, sementara porsi kepemilikan asing menurun sejak akhir 2020 (25,2 persen) kini menjadi 14,61 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper