Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Jago Tbk. (ARTO) membukukan laba bersih tahun berjalan 2022 sebesar Rp15,91 miliar. Angka tersebut justru merosot 81,5 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) dari posisi laba pada 2021 sebesar Rp86 miliar.
Laba bersih sebelum pajak (net profit before tax/NPBT) sebesar Rp20 miliar, melesat 124 persen persen dibandingkan setahun sebelumnya.
Namun bila dilihat lebih rinci, laba bersih setelah pajak (net profit after tax/NPAT) Bank Jago malah turun Rp86 miliar menjadi Rp16 miliar.
Dirut Bank Jago Kharim Siregar mengatakan jika melihat kinerja keuangan full year Bank Jago pada 2021, ARTO mencatatkan NPBT sebesar Rp9 miliar dengan NPAT Rp86 miliar.
“Selisih laba yang terkesan tidak umum tersebut disebabkan adanya manfaat pajak tangguhan sebesar Rp77 miliar,” ujar Direktur Utama Bank Jago Kharim Siregar, Jumat (17/3/2023).
Menurutnya, manfaat pajak tangguhan ini muncul setelah bank Jago mencetak laba pada 2021, sementara sebelumnya merugi dalam 6 tahun berturut-turut.
Baca Juga
Dia mengatakan manfaat pajak tangguhan bisa disebabkan karena perbedaan temporer yang bisa dikurangi, akumulasi rugi pajak yang tidak terkompensasi, dan akumulasi kredit pajak yang masih belum terpakai.
Namun, manfaat pajak tangguhan ini terjadi hanya sekali pada kinerja 2021 dan tidak terjadi lagi pada kinerja tahun 2022.
“Akibatnya, secara akuntansi NPAT pada 2022 terkesan menurun meskipun NPBT dan kinerja top line Bank Jago tumbuh positif,” katanya.
Mengulik laporan tahunan yang dibagikan perseroan dalam laman resminya, beban operasional lainnya yang melejit 123,3 persen menjadi Rp1,41 triliun pada 2022. Capaian terus melejit dari posisi sebelumnya Rp634,92 miliar sepanjang 2022 (yoy).
Di samping itu, beban penyisihan penurunan nilai juga mengalami kenaikan menjadi Rp392,66 miliar dari posisi sebelumnya Rp92,34. Kemudian, ARTO juga mencatatkan kenaikan beban personalia sebesar 77,76 persen menjadi Rp322,9 miliar.
Di samping itu, beban bunga juga mengalami pembengkakan pada tahun ini menjadi Rp138,84 miliar dari Rp62,47 miliar pada tahun 2021. Kendati demikian, pendapatan bunga bersih tercatat tumbuh 129,42 persen menjadi Rp1,35 triliun
Dari sisi pendanaan, Bank Jago menghimpun dana pihak ketiga (DPK) sebanyak Rp8,27 triliun per akhir 2022.
Jumlah tersebut justru meningkat 125 persen dari tahun sebelumnya Rp 3,68 triliun. Adapun, peningkatan DPK didorong oleh pertumbuhan current account and savings account (CASA) sebesar 238 persen dari Rp1,68 triliun pada 2021 menjadi Rp5,67 triliun pada 2022.
Alhasil, hingga akhir Desember 2022, aset Bank Jago mencapai Rp16,97 triliun atau tumbuh 38 persen dari Rp12,31 pada akhir Desember 2021.
Rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) sebesar 83 persen yang menunjukkan permodalan yang kuat untuk ekspansi bisnis ke depan
Dari sisi kualitas aset, rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) gross perseroan tercatat di level 1,8 persen atau di bawah rata-rata industri perbankan.
“Untuk bertumbuh secara cepat dan solid, kami percaya kolaborasi adalah cara yang paling efektif. Kami melakukannya dengan tetap memperhatikan risiko kredit agar Bank Jago dapat tumbuh secara berkelanjutan,” jelasnya.
Kemudian, sepanjang 2022 penyaluran kredit dan pembiayaan syariah Bank Jago tercatat tumbuh 76 persen menjadi Rp9,43 triliun dibandingkan 2021 yang sebesar Rp5,37 triliun.
Pertumbuhan ini tercapai berkat strategi penyaluran kredit dan pembiayaan syariah melalui kolaborasi dengan berbagai mitra (partner), seperti ekosistem dan platform digital, perusahaan pembiayaan, dan lembaga keuangan lainnya.