Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah (Bank Jateng) mencatatkan pertumbuhan laba bersih hingga 38 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi Rp1,82 triliun sepanjang 2022.
Mengutip laporang keuangan yang dipublikasikan pada Harian Bisnis Indonesia, Jumat (24/3/2023), kinerja moncer bottom line juga diikuti oleh kenaikan pendapatan bunga yang naik 5 persen menjadi Rp6,86 triliun dari posisi pada periode yang sama di tahun sebelumnya sebesar Rp6,5 triliun.
Di samping itu, perseroan diketahui berhasil menekan beban bunga menjadi Rp1,61 triliun pada tahun ini. Angka tersebut turun 14 persen dari posisi Rp1,88 triliun pada 2021.
Alhasil, pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) Bank Jateng berhasil dipacu tumbuh 14 persen menjadi Rp5,25 triliun. Kemudian, margin bunga bersih perseroan juga (net interest margin/NIM) naik 56 basis poin (bps) menjadi 6,56 persen dari 6 persen pada tahun sebelumnya.
Lebih rinci, kinerja positif juga tercermin dari sejumlah rasio penting perseroan yang mengalami penghijauan hingga akhir kuartal IV/2022. Posisi tingkat pengembalian ekuitas (return on equity/ROE) Bank Jateng meroket 536 bps menjadi 22,89 persen pada 2022 dari 17,53 persen pada 2021.
Sementara itu, tingkat pengembalian aset (return on asset/ROA) tercatat hingga Desember 2022 sebesar 2,95 persen. Angka tersebut merangkak naik 75 bps dari posisi pada periode sebelumnya sebesar 2,20 persen.
Baca Juga
Dari sisi intermediasi, portofolio kredit Bank Jateng tumbuh 8 persen menjadi Rp54,14 triliun pada 2022 dari Rp49,92 triliun pada 2021. Alhasil, total aset bank turut terkerek 5 persen menjadi Rp84,49 triliun.
Sejalan dengan peningkatan tersebut, kualitas aset diketahui mengalami penghijauan. rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) gross bank berhasil turun 65 bps menjadi 2,52 persen. Sedangkan secara NPL net tercatat nihil pada tahun ini.
Dari sisi pendanaan, himpunan dana pihak ketiga (DPK) bank tercatat hanya tumbuh tipis sebesar 2 persen menjadi Rp66,84 triliun. Pertumbuhan terbatas DPK tersebut utamanya terhambat oleh giro yang portofolionya mengalami koreksi pada tahun ini sebesar 16 persen menjadi Rp11,3 triliun dari Rp13,38 triliun.
Sejalan dengan hal tersebut, dana murah (current account saving account/CASA) perseroan juga tercatat mengalami penurunan sebesar 2 persen menjadi Rp36,31 triliun.
Sementara itu,portofolio tabungan dan deposito secara berturut-turut tercatat naik 5 persen dan 8 persen senilai Rp25 triliun dan Rp30,52 triliun.
Sejalan dengan pertumbuhan tipis pada sisi pendanaan, rasio likuiditas (loan to deposit ratio/LDR) bank tercatat mengalami peningkatan sebesar 528 bps menjadi 85,66 persen.