Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) melalui BRI Research Institute melakukan survei inklusi keuangan serta indeks literasi keuangan di Indonesia. Hasilnya, inklusi keuangan di Indonesia capai 84 persen, sementara indeks literasi keuangan capai 39,6 persen.
Salah satu temuan dalam riset itu adalah DKI Jakarta bukan provinsi dengan indeks literasi keuangan tertinggi, meskipun tercatat sebagai wilayah dengan inklusi keuangan paling tinggi.
Provinsi Bali menjadi wilayah dengan literasi keuangan tertinggi dengan indeks mencapai 53 persen. Di bawahnya ada Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan literasi keuangan 47 persen. Kemudian Kepulauan Riau mempunyai indeks inklusi keuangan 46 persen, DKI Jakarta 45 persen, dan Kalimantan Timur 43 persen.
Papua menjadi provinsi dengan indeks literasi keuangan terendah yakni 33 persen. Papua masih di bawah Sulawesi Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Sulawesi Selatan dengan indeks literasi keuangan masing-masing 36 persen.
Hasil survei menunjukkan bahwa inklusi keuangan di Indonesia jika dilihat hanya berdasarkan kepemilikan akun mencapai 67,3 persen. Kemudian, inklusi keuangan dilihat berdasarkan penggunaan produk atau layanan jasa keuangan tapi tidak termasuk BPJS mencapai 70 persen.
"Inklusi keuangan menurut penggunaan produk atau layanan termasuk BPJS adalah 84 persen," tulis survei tersebut dikutip Bisnis pada Senin (27/3/2023).
Baca Juga
Angka inklusi keuangan berdasarkan survei BRI Research Institute ini sedikit di atas hasil survei Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian yakni 83,6 persen pada 2021. Sementara, angka inklusi keuangan dari survei BRI Research Institute ada di bawah survei Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terkait indeks inklusi keuangan 2022 yang hasilnya 85,1 persen.
Survei BRI Research Institute juga menunjukkan bahwa inklusi keuangan di daerah pedesaan berdasarkan penggunaan produk/layanan mencapai 79,4 persen, lebih rendah dibandingkan di daerah perkotaan 88,2 persen.
Sementara, daerah dengan inklusi keuangan tertinggi ada di DKI Jakarta yakni 97 persen, diikuti Bali 93 persen, Sumatera Barat 91 persen, Riau, dan Kalimantan Timur masing-masing 90 persen.
Inklusi keuangan terendah ada di Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan inklusi keuangan mencapai 63 persen. Di atas Nusa Tenggara Timur ada Maluku Utara dan Papua dengan inklusi keuangan masing-masing 68 persen.
Selain inklusi keuangan, BRI Research Institute juga melaporkan indeks literasi keuangan di Indonesia yang secara keseluruhan masih rendah, yaitu 39,6 persen. "Indeks literasi keuangan di daerah pedesaan 35,6 persen, lebih rendah dibandingkan dengan daerah perkotaan 43,3 persen," tulis BRI Research Institute.
Survei tersebut dilakukan BRI Research Institute kepada 7.980 responden di 15 provinsi, 83 kabupaten/kota, 266 kecamatan, serta 798 desa/kelurahan.
Margin of error dari survei tersebut sebesar 1,1 persen. Pemilihan sampel menggunakan metode multi-stage stratified systematic random sampling, di mana stratifikasi dilakukan menurut provinsi dan kabupaten/kota.
Sebelumnya, Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan perseroan memang berkomitmen penuh untuk menjadi yang terdepan dalam mendorong inklusi keuangan lebih tinggi lagi. Pada 2024, indeks inklusi keuangan di Indonesia ditarget mencapai 90 persen.
Sementara itu, dalam mendorong inklusi keuangan itu, BRI terus mengandalkan strategi hybrid bank yang salah satunya diterapkan dengan melakukan perluasan layanan laku pandai BRI atau Agen BRILink. "Ini menjadi bagian dari sharing ekonomi yang riil diterima masyarakat,” katanya dalam konferensi pers laporan kinerja keuangan BRI beberapa waktu lalu.
Selain dengan mengandalkan agen laku pandai itu, BRI juga ikut mendorong inklusi keuangan dengan mengintegrasikan ekosistem ultramikro. BRI telah mengintegrasikan 28,1 juta nasabah ke holding ultramikro UMi. Holding ini melibatkan tiga entitas Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yakni BRI, PT Pegadaian (Persero) dan PT Permodalan Nasional Madani (Persero) atau PNM.
“Holding ultramikro UMi telah memberikan dampak positif terhadap grass root economy,” katanya.
Dalam mengintegrasikan ekosistem ultramikro ini, BRI juga menggencarkan peran dari co-location sentra layanan ultramikro (Senyum). Co-location ini memungkinkan masyarakat bisa mendapatkan layanan keuangan dari tiga entitas dalam satu tempat.