Bisnis.com, JAKARTA – Sejumlah bank seperti PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) hingga PT Bank CIMB Niaga Tbk. (BNGA) mencatatkan peningkatan margin bunga bersih (net interest margin/NIM) pada awal tahun atau kuartal I/2023.
BCA misalnya mencatatkan peningkatan NIM 70 basis poin (bps) secara tahunan (year–on–year/yoy) pada kuartal I/2023 menjadi ke level 5,6 persen. Sementara NIM PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. atau BBNI naik 17 bps menjadi 4,67 persen.
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) pun mencatatkan peningkatan NIM 10 bps menjadi 5,11 persen per 31 Maret 2023.
Selain bank-bank jumbo tersebut, kelompok bank dengan modal inti (KBMI) 3 atau bank bermodal inti antara Rp14 triliun sampai Rp70 triliun seperti CIMB Niaga pun mencatatkan peningkatan NIM pada awal tahun ini. Margin bunga bersih emiten bank berkode BNGA itu naik 25 bps menjadi 4,71 persen.
PT Bank Danamon Indonesia Tbk. (BDMN) juga mencatatkan peningkatan NIM 50 bps menjadi 8,4 persen pada kuartal I/2023. Kemudian, PT Bank OCBC NISP Tbk. (NISP) mencatatkan peningkatan NIM 81 bps menjadi 4,43 persen.
NIM bank-bank ini meningkat meskipun suku bunga acuna Bank Indonesia (BI) masih dalam tren tinggi. Suku bunga acuan BI terus meningkat sejak pertengahan tahun lalu atau Agustus 2022 hingga awal Januari 2023.
Baca Juga
Kemudian, suku bunga acuan BI tertahan tiga bulan berturut-turut hingga April 2023. Dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 17-18 April 2023, BI memutuskan menahan suku bunga acuan di level 5,75 persen.
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan pengaruh tren suku bunga acuan BI terhadap kinerja bank dirasa minim. "Pengaruhnya ada pada cost of fund [biaya dana], tapi pengaruhnya kecil," katanya dalam konferensi pers beberapa waktu lalu.
Presiden Direktur CIMB Niaga Lani Darmawan juga mengatakan seiring dengan tren suku bunga acuan BI yang tinggi, perbankan melakukan penyesuaian terhadap suku bunga simpanan dan suku bunga kredit. "Kenaikan suku bunga kredit jauh lebih lambat dibandingkan suku bunga simpanan, sehingga ada dampak terhadap NIM," katanya.
Meski begitu, menurutnya dampak tersebut tidak begitu signifikan. "Secara keseluruhan profitabilitas kami masih baik. Kami juga optimis dengan target pada 2023 dan tetap fokus di CASA [current account savings account] untuk DPK [dana pihak ketiga] agar lebih bisa mengatur biaya dana," ujarnya.
Sebelumnya, Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Amin Nurdin mengatakan tren suku bunga acuan BI yang tinggi telah menghantui NIM perbankan. “Saat suku bunga acuan BI naik, bank memberikan bunga spesial besar kepada nasabah deposan. Itu kalau terlalu tinggi akan pengaruhi NIM," ujarnya kepada Bisnis.
Sementara itu, dalam mengelola NIM, perbankan perlu mengurangi bunga spesial bagi para nasabah deposan. Kemudian, perbankan bisa sedikit menaikkan tingkat suku bunga pinjamannya. Dengan begitu, selisih margin akan terjaga dengan baik.