Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

OJK: Profitabilitas Bank Nasional Terjaga, Meski The Fed Kerek Suku Bunga

OJK buka suara soal profitabilitas bank nasional di tengah sentimen The Fed yang terus kerek suku bunga acuan.
Ilustrasi: ATM Himbara/tv.bisnis.com
Ilustrasi: ATM Himbara/tv.bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memastikan kondisi perbankan nasional berada pada kondisi stabil di tengah sentimen kebijakan suku bunga tinggi yang ditetapkan oleh Federal Reserve (The Fed).

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae menuturkan bahwa kebijakan suku bunga tinggi tersebut sejauh ini belum menimbulkan pengaruh negatif pada kinerja bank dalam negeri.

"Memang ada peningkatan catatan sedikit pada bulan ini, tapi hal itu tidak terlalu signifikan dan sama sekali tidak berpengaruh pada profitabilitas dari bank," jelasnya dalam Rapat Dewan Komisioner Bulanan, Jumat (5/5/2023).

Dian melanjutkan seiring dengan tren kinerja positif industri bank nasional, kebijakan The Fed yang kembali menaikkan suku bunga diharapkan tidak mempengaruhi laju kredit yang ditargetkan akan tumbuh  pada level 10 hingga 12 persen sepanjang 2023.

Untuk diketahui sebelumnya, pada Maret 2023 industri perbankan tercatat membukukan rasio margin bunga bersih (net interest margin/NIM) meningkat 20 basis poin (bps) menjadi 4,77 persen dari posisi pada periode yang sama di tahun sebelumnya yakni 4,53 persen.

Adapun, OJK mencatatkan kredit pada sektor perbankan tumbuh 9,93 persen secara tahunan menjadi Rp6.446 triliun.

"Pertumbuhan ditopang oleh kredit investasi yang tumbuh 11,40 persen sementraa kredit modal kerja (KMK) dan kredit konsumsi masing-masing tumbuh sebesar 9,52 persen dan 9,20 persen," ujarnya.

Sementara dari kesehatan kualitas kredit, rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) bank secara gross berada di level 2,49 persen dan NPL net sebesar 0,72 persen.

Dari sisi pendanaan, pertumbuhan himpunan dana pihak ketiga (DPK) pada maret 2023 tercatat melandai 7 persen secara tahunan menjadi Rp8.005,6 triliun utamanya didorong oleh penurunan giro.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper