Bisnis.com, JAKARTA - Laju kredit perbankan pada awal tahun atau kuartal I/2023 tetap moncer. Sejalan dengan itu, Bank Indonesia (BI) telah memberikan dorongan berupa kebijakan makroprudensial.
Berdasarkan laporan Analisis Uang Beredar Maret 2023 yang dirilis BI baru-baru ini, kredit yang disalurkan oleh perbankan per Maret 2023 mencapai Rp6.424,4 triliun, tumbuh 9,8 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).
Pada dua bulan sebelumnya atau Januari 2023 dan Februari 2023, laju kredit tumbuh lebih pesat lagi. Per Januari 2023 kredit tumbuh 10,53 persen yoy dan Februari 2023 tumbuh 10,4 persen yoy.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan pertumbuhan kredit pada awal tahun ini terpantau tetap tinggi. "Intermediasi perbankan terus tumbuh positif menjaga momentum pertumbuhan ekonomi," katanya dalam pengumuman hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI beberapa waktu lalu.
Perry mengatakan pertumbuhan kredit perbankan itu didorong oleh kondisi likuiditas yang memadai dan standar penyaluran kredit perbankan yang masih longgar. Selain itu, permintaan kredit dari sejumlah sektor seperti korporasi hingga usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) pun tetap tinggi.
Baca Juga
Ia mengatakan BI optimis pertumbuhan penyaluran kredit pada keseluruhan 2023 akan sesuai prakiraan, yakni di kisaran 10 persen hingga 12 persen.
Sejalan dengan itu, BI pun telah menggulirkan dorongan berupa kebijakan makroprudensial agar penyaluran kredit tetap moncer pada 2023. "BI akan terus mendorong intermediasi perbankan terutama kepada sektor-sektor prioritas yang belum pulih, KUR [kredit usaha rakyat] dan kredit/pembiayaan hijau, guna mengakselerasi pemulihan ekonomi," ujar Perry.
Dalam kebijakan itu, BI memberikan insentif berupa pelonggaran atas kewajiban pemenuhan giro rupiah bank di BI bagi bank yang menyalurkan kredit ke sektor prioritas, usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), hingga sektor hijau. Pemberian insentif tersebut ditujukan untuk mendorong intermediasi perbankan, khususnya kepada sektor-sektor prioritas dan dalam rangka mendukung pemulihan perekonomian.
Tahun lalu, BI juga telah memutuskan untuk memperpanjang insentif berupa pelonggaran rasio loan to value (LTV) dan financing to value (FTV) diantaranya guna mendongkrak kredit pemilikan rumah (KPR) serta pembiayaan properti hingga 31 Desember 2023.
Melalui kebijakan ini, rasio LTV dan FTV kredit properti untuk semua jenis properti seperti rumah tapak, rumah susun, atau rukan jadi paling tinggi atau 100 persen.
Sementara itu, untuk sektor otomotif, BI tetap memberikan pelonggaran pada ketentuan uang muka menjadi paling sedikit nol persen. Kebijakan itu berlaku pada semua jenis kendaraaan bermotor baru.
Seiring dengan kebijakan itu, kinerja intermediasi perbankan terpantau moncer. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) misalnya telah menyalurkan kredit Rp1.205,46 triliun pada kuartal I/2023 naik 12,4 persen yoy.
“Melalui pencapaian fungsi intermediasi ini, Bank Mandiri mempertegas peranan sebagai agen pembangunan yang berupaya untuk berkontribusi maksimal terhadap perekonomian di Indonesia,” ujar Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi dalam keterangan tertulis beberapa waktu lalu.
Sementara itu, Corporate Secretary Bank Mandiri Rudi As Aturridha mengatakan moncernya kinerja intermediasi Bank Mandiri salah satunya didorong oleh kebijakan makroprudensial. Menurutnya, di tengah risiko ketidakpastian yang meningkat, penyaluran kredit diharapkan akan terus tumbuh positif melihat kemampuan daya beli dan kepercayaan diri masyarakat yang juga mulai pulih dalam menghadapi pandemi Covid-19.
Corporate Secretary PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) Aestika Oryza Gunarto juga menyebutkan kebijakan insentif dari BI dapat mendorong bisnis salah satunya bisnis KPR untuk tumbuh tinggi. BRI sendiri telah menyalurkan kredit Rp1.180,12 triliun pada kuartal I/2023, tumbuh 9,7 persen yoy.
Presiden Direktur PT Bank CIMB Niaga Tbk. (BNGA) Lani Darmawan mengatakan kebijakan makroprudensial dari BI itu telah mendorong kinerja kredit pada sektor kredit kendaraan bermotor (KKB). Secara umum, CIMB Niaga telah menyalurkan kredit Rp201,05 pada kuartal I/2023, tumbuh 10,1 persen yoy.
"Tahun ini kami menargetkan pertumbuhan dobel digit," katanya kepada Bisnis.