Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pejuang KPR Bisa Napas, Bos BI Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Acuan

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menegaskan suku bunga acuan 5,75 persen saat ini memadai untuk turunkan inflasi.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan pemaparan dalam konferensi pers Rapat Dewan Gubernur (RDG) di Jakarta, Kamis (19/1/2023). Bisnis/Himawan L Nugraha
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan pemaparan dalam konferensi pers Rapat Dewan Gubernur (RDG) di Jakarta, Kamis (19/1/2023). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo kembali menegaskan bahwa kenaikan suku bunga acuan hingga 5,75 persen telah memadai untuk menurunkan inflasi ke sasaran, yaitu 2-4 persen pada tahun ini.

BI terakhir menaikkan suku bunga acuan pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) Januari 2023. Setelah kenaikan ke level 5,75 persen, BI mempertahankan tingkat suku bunga tersebut dalam 3 bulan beruntun hingga RDG April 2023.

Menurutnya, arah kebijakan suku bunga tersebut lantaran mempertimbangkan tingkat inflasi yang terkendali hingga April 2023. Laju inflasi pun diperkirakan kembali lebih cepat ke tingkat di bawah 4 persen pada tahun ini.

“[Suku bunga] 5,75 persen itu tetap memadai sejak Januari terakhir. Sehingga memang belum pada waktunya dan gak ada rencana naikkan kembali [suku bunga]. Cerminan memadai pada Februari, Maret, dan April. Cukuplah itu," katanya dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), Senin (8/5/2023).

BI meyakini bahwa suku bunga kebijakan di tingkat 5,75 persen telah memadai untuk memastikan inflasi inti terkendali pada kisaran 2-4 persen di sisa 2023 dan inflasi IHK akan kembali ke sasaran 2-4 persen lebih awal dari perkiraan sebelumnya. 

Sebagaimana diketahui, inflasi pada April 2023 tercatat melandai ke tingkat 4,3 persen secara tahunan, dari tingkat 5,1 persen pada Desember 2022.

Dengan kondisi tersebut, Perry mengatakan bahwa kebijakan moneter ke depan akan tetap diarahkan untuk mendukung stabilitas perekonomian.

Perry mengatakan bank sentral juga terus melakukan langkah stabilisasi rupiah untuk menjaga dampak dari imported inflation ke dalam negeri. 

“BI memandang stabilitas rupiah yang terkendali menjadi penting untuk mengendalikan inflasi, terutama imported inflation,” kata dia.

Perry menambahkan bahwa BI yakin nilai tukar rupiah ke depan akan tetap stabil dan cenderung menguat sesuai dengan nilai fundamentalnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper